Kamis 02 Aug 2018 15:27 WIB

Tiga Tantangan Industri Otomotif Menurut Presiden

Mobil listrik salah satu yang disinggung Presiden Joko Widodo.

Suasana pengunjung H-1 jelang penutupan event Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 di ICE BSD City Serpong, Tangerang, Sabtu (19/8).
Foto: Febrianto Adi Saputro
Suasana pengunjung H-1 jelang penutupan event Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 di ICE BSD City Serpong, Tangerang, Sabtu (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Presiden Joko Widodo mengingatkan tiga tantangan bagi industri otomotif nasional dalam pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 dan peluncuran Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDES). Salah satunya terkait mobil listrik.

"Industri otomotif kita sekarang menghadapi tiga tantangan yang perlu kita cermati, yang pertama semakin meluasnya fenomena mobil listrik, ini fenomena dari Elon Musk dengan produk mobil listrik Tesla," kata Presiden Joko Widodo di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Tangerang, Kamis (2/8).

Acara itu juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution;  Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo; Sekretaris Kabinet Pramono Anung serta para pelaku industri otomotif nasional maupun internasional.

"Dulu Tesla masih barang langka, barang eksotis tapi sekarang dengan makin banyak negara membuat mobil listrik, makin jelas dunia makin mengarah ke mobil listrik, hati-hati kita menyiapkannya," tambah Presiden.

Menurut Presiden, pemerintah Inggris dan Prancis sudah mengumumkan pada 2017 bahwa mulai 2040 mobil non-listrik tidak bisa lagi dijual di kedua negara tersebut. "Pemerintah Tiongkok sudah mengumumkan akan menjadi yang terdepan di dunia untuk mengembangkan mobil listrik dan sekarang sudah menjadi pasar terbesar di dunia untuk mobil listrik," ungkap Presiden.

Tantangan kedua adalah distrupsi teknologi atau sesuatu yang menggeser teknologi yang telah mapan dan menggoyang industri atau produk yang kemudian melahirkan industri baru. "Seperti kendaraan otonom yang bisa mengendarai dirinya sendiri dan aplikasi transportasi online seperti Gojek, Grab dan Uber dengan kendaraan otonom, bisa-bisa kita harus meredifinisi apa itu mobil?" kata Presiden.

Presiden lalu memberikan contoh sejumlah kendaraan otonom yang dibuat di perusahaan start up di Silicon Valley untuk mengantarkan barang dan minivan di Los Angeles yang berfungsi sebagai shuttle penumpang di dalam kampus dengan menjalankan rute tetap.

"Kita selalu berpikir kendaraan otonom mobil yang bisa mengendarai dirinya sendiri untuk dipakai di jalanan umum, tapi mungkin di awal kendaraan otonom untuk mengangkut kargo dulu. Ini ada kendaraan otonom dari start up di Silicon Valley kemudian ada kendaraan otonom dari start up di Los Angeles untuk shuttle penumpang. Apakah kendaraan-kendaraan seperti ini masih bisa diistilahkan mobil? Mungkin industri otomotif yang harus memperluas definsinya supaya mencakup inovasi-inovasi seperti ini," kata Presiden.

Terkait aplikasi transportasi online, terjadi perubahan definisi dari mobil yang tadinya "hanya" sebuah produk sudah beralih menjadi sebuah jasa.

"Anak-anak kita semakin terbiasa panggil grabcar, gocar, dan mungkin akan malas belajar menyetir anak-anak kita, malas bikin SIM, nanti anak-anak kita makin banyak yang bilang loh ngapain saya belajar nyetir dan beli mobil? Kalau butuh mobil tinggal panggil pakai aplikasi dan sudah dimulai di negara-negara lain," kata Presiden.

Sedangkan tantangan ketiga adalah adanya risiko jangka pendek dalam industri otomotif yang harus diwaspadai.

"Siklus otomotif yang mungkin sudah mulai memuncak terutama di pasar-pasar besar seperti AS dan Tiongkok. Banyak peneliti yang mengatakan jumlah penjualan mobil di AS sudah setinggi-tingginya, sudah mentok susah tinggi lagi bahkan akan menurun beberapa tahun lagi sedangkan di Tiongkok, karena ekonominya masuk tren perlambatan apalagi masuk ke perang dagang dengan AS," jelas Presiden.

Presiden pun mengingatkan industri otomotif dalam negeri bahwa industri tersebut sangat peka terhadap siklus ekonomi yang ada dan harus siap bila industri otomotif nasional mengalami pelambatan.

"Harus optimis kalau kita adalah pasar besar, tapi saya selalu sampaikan kepada industri otomotif agar terus didorong ke pasar-pasar ekspor apalagi peran industri otomotif sangat besar dengan posisi nomor 2 di industri pengolahan dan masuk 5 besar sumber investasi di sektor industri," ungkap Presiden.

Dalam pameran itu, Presiden juga sempat mencoba menaiki Alat Mekanis Multiguna Pedesaan (AMMDES) berbentuk truk pick up warna putih yang bagian belakangnya memuat alat pemecah gabah.

Menperin Airlangga yang mengenakan kemeja batik cokelat duduk di bagian kemudi sedangkan Presiden Joko Widodo yang mengenakan kemeja putih dan sepatu kets duduk di kursi penumpang menaiki AMMDES tersebut sejauh sekitar 100 meter.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement