Rabu 01 Aug 2018 08:59 WIB

Produksi Batu Bara Adaro Turun

Sepanjang Semester I 2018, Adaro hanya membukukan produksi sebesar 24,06 metrik ton

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir  memberikan sambutan pada acara The 10th Anniversary of Adaro IPO A Dacade of Businnes Transformation di Jakarta, Senin (16/7).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (Adaro) Garibaldi Thohir memberikan sambutan pada acara The 10th Anniversary of Adaro IPO A Dacade of Businnes Transformation di Jakarta, Senin (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy, Tbk mencatatkan penurunan produksi batu bara pada Semester Pertama 2018. Sepanjang Semester I 2018, Adaro hanya mampu membukukan produksi sebesar 24,06 metrik ton (MT).

Realisasi produksi sepanjang Semester I 2018 ini turun sekitar 4 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total produksi ini merupakan agregat dari produksi PT Adaro Indonesia (AI), Balangan Coal Companies dan Adaro MetCoal Companies (AMC).

Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Tohir menjelaskan pada kuartal kedua ini, suplai batu bara tetap ketat karena beberapa negara penghasil batu bara mengalami masalah pasokan yang disebabkan oleh hambatan infrastruktur sampai kondisi cuaca yang buruk. Hanya saja, kata Boy sapaan akrab Garibaldi, permintaan pasar masih tinggi karena adanya aktivitas pengisian persediaan seiring mulainya musim panas di belahan bumi utara, produksi energi nuklir yang rendah di Jepang dan Korea Utara, dan peningkatan produksi listrik di Cina dan India untuk menunjang kenaikan aktivitas ekonomi.

"Ketidakcukupan suplai domestik untuk memenuhi permintaan mendorong kedua negara ini untuk menambah impor batu bara. Impor batu bara Cina naik 20 persen di semester I 2018. Sedangkan impor batu bara India dalam tujuh bulan pertama tahun ini diperkirakan meningkat 9 persen," ujar Boy, Rabu (1/8).

Di dalam negeri, kata Boy, setelah pemerintah mengumumkan penetapan harga acuan tertinggi batu bara, sebagian besar produsen berencana meningkatkan produksi untuk meningkatkan porsi ekspor walaupun cuaca hujan lebat melanda beberapa wilayah produksi di Indonesia. Data awal dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa produksi batu bara Indonesia meningkat 18 persen (yoy) pada Semester I 2018.

Hanya saja, kata Boy, Adaro Energy akan tetap memakai pedoman produksi tahunan. Adaro Energy akan terus mempertahankan panduan produksi batu bara pada rentang 54-56 MT untuk tahun 2018 seiring perkiraan akan adanya tiga kenaikan volume produksi maupun penjualan pada kuartal III tahun ini.

"Peningkatan area lokasi penambangan PT Adaro Indonesia yang telah dikembangkan, percepatan waktu pengiriman alat penambangan baru dan perkiraan kondisi cuaca yang lebih baik," ujar Boy.

Tak hanya produksi yang mengalami penurunan, kuartal II tahun ini, total penjualan batu bara turun 3 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni hanya sebesar 12,87 MT. Sementara total volume penjualan untuk semester pertama tahun ini mencapai 23,80 MT atau turun enam persen dari periode yang sama tahun lalu.

"Kami telah mendapatkan komitmen bagi sebagian besar volume penjualan batu bara sampai akhir tahun ini dan terus aktif dalam menciptakan pemahaman dan penerimaan pasar untuk produk kalori 4.700 dan kalori 4.200. Penjualan ke pasar domestik meliputi 22 persen dari penjualan batubara dalam enam bulan pertama tahun 2018," ujar Boy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement