Rabu 01 Aug 2018 05:25 WIB

EBT Kurang Populer di Indonesia

Pemanfaatan EBT di Indonesia baru mencapai dua persen dari potensi yang ada

Energi Terbarukan
Foto: energy.gov
Energi Terbarukan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Realisasi pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) hingga saat ini masih mencapai dua persen dari potensi yang ada di seluruh Tanah Air. Total potensi EBT di Indonesia mencapai 441,7 gigawatt (GW).

"Potensi energi terbarukan melimpah belum dimanfaatkan secara maksimal," kata Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pengawasan Infrastruktur Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Mustaba Ari dalam diskusi "Arah Kebijakan dan Potensi Pendanaan Untuk Renewable Energy Dalam Mendukung  Low Carbon Development" di acara Indonesia Climate Change Trust Fund Day 2018 di Jakarta, Selasa (31/7).

Dia mengatakan total potensi EBT di Indonesia mencapai 441,7 GW namun hanya 9,29 GW atau sebesar dua persen yang direalisasikan hingga sekarang. Pembangunan pembangkit EBT akan meningkatkan penyediaan energi, yang mana target 23 persen EBT dari bauran energi primer pada 2025 atau setara dengan 45 GW dan mendukung percepatan penyediaan akses energi modern dalam mencapai target rasio elektrifikasi sebesar 99 persen pada 2019.

EBT juga beperan dalam program penurunan gas rumah kaca, karena Indonesia berkomitmen 29 persen penurunan gas rumah kaca pada 2030. Sekitar 50 persen dari pengurangan emisi di sektor energi berasal dari pembangkit EBT.

Sektor energi ditargetkan berkontribusi pengurangan emisi sebesar 314 juta ton karbondioksida pada 2030. Capaian pengurangan emisi karbondioksida hingga semester I 2018 sebesar 40 juta ton karbon dioksida ekuivalen.

"Energi adalah instrumen mewujudkan keadilan sosial, karenan itu, energi harus tersedia, merata, dan terjangkau," ujarnya.

Kebijakan energi juga mengarahkan bahwa energi harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing industri. Pengembangan pembangkit EBT akan lebih cepat jika tersedia green fund dengan tenor lama, mengintensifkan kerjasama teknis dengan pihak luar negeri dalam rangka transfer teknologi dan pengembangan sumber daya manusia serta mendorong tren pembangunan berkelanjutan dan ekonomi hijau.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement