Rabu 25 Jul 2018 09:53 WIB

Mentan: Produktivitas Kelapa Indonesia Masih Rendah

Produktivitas kelapa Indonesia kalah dengan Filipina.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman membuat cabang karantina pertanian di Kabupaten Tojo Una Una, Sulawesi Tengah untuk memudahkan ekspor.
Foto: melisa riska putri/REPUBLIKA
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman membuat cabang karantina pertanian di Kabupaten Tojo Una Una, Sulawesi Tengah untuk memudahkan ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, TOJO UNA UNA -- Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar dunia. Namun sayang, tingkat produktivitasnya masih minim.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, produksi kelapa Indonesia per tahunnya mencapai 18 juta ton. Produktivitasnya masih cukup rendah yakni satu ton per hektare. Indonesia kalah dari Filipina yang memiliki produktivitas mencapai empat ton per hektare.

"Nah kalau kita tingkatkan sedikit saja syukur-syukur 0,5 ton, itu tidak ada lagi yang bisa kejar produksi kelapa Indonesia. Apalagi kalau (produktivitas kelapa) bisa dua ton," katanya saat meninjau pabrik pengolahan kelapa di PT Saraswati Coconut Product Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Una Una (Touna), Sulawesi Tengah, Selasa (24/7).

Peningkatan produktivitas kelapa ini menurutnya, selain bisa meningkatkan pendapatan negara sebagai pengekspor sekaligus menjadikan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Selain itu, peningkatan produktivitas hingga dua ton per hektare juga akan mampu meningkatkan pendapatan petani.  "Artinya apa? Pendapatan petani naik dua kali lipat yang penting adalah ada jaminan hasil petani diserap," kata dia.

Baca juga, Kementan Dorong Peningkatan Produksi Kelapa.

Dalam kesempatan tersebut Amran akan memberi bibit unggul dan pupuk secara gratis sebagai upaya peningkatan produktivitas kelapa. Termasuk bantuan untuk replanting.

Saat ini produk kelapa petani di Ampana diserap dengan baik oleh perusahaan.

CFO & Factory Head of PT Saraswati Coconut Product Syed Abbas mengatakan, pabrik pengolahan kelapa ini telah mampu melakukan ekspor ke Rusia, Cina, Uni Eropa, Mesir, Amerika Serikat (AS), Brasil dan India. "Harga beli kelapa dipengaruhi pasar internasional," ujar dia.

Harga per butir pernah mencapai Rp 1.800 sementara paling rendah saat ini dibeli dengan harga Rp 1.000 per butir.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Touna M. Nur Rahmat mengatakan, produktivitas kelapa di kabupaten ini tidak cukup baik. Jarak tanam antar pohon tidak seragam sekitar 50 hingga 100 pohon per hektare.

 

Bahkan banyak pohon kelapa yang sudah rusak. "Kondisi kelapa menurun karena sudah tua, harus replanting," ujarnya.

Dari 12 kecamatan yang ada di Touna, Ampana Tete dan Ampana Kota menjadi kecamatan dengan produksi kelapa tertinggi. Kementan mendorong komoditas unggul kelapa dan jagung. Keduanya bisa memanfaatkan lahan yang sama dengan sistem tumpang sari.

Berdasarkan Data International Trade Center (ITC) dalam peta perdagangan (Trademap) dunia 2012 hingga 2016, Indonesia merupakan eksportir kelapa terbesar kedua setelah Filipina dalam bentuk minyak kelapa dan kelapa dikeringkan.

Sementara untuk kelapa di dalam kulit atau endocarp, Indonesia merupakan eksportir terbesar pertama dunia dengan kontribusi mencapai 59 persen dari total ekspor kelapa wujud tersebut dunia.

Untuk diketahui, negara tujuan utama ekspor kelapa Indonesia pada 2017 di antaranya Amerika Serikat sebesar 19,87 persen dari total ekspor Indonesia. Kemudian disusul Cina dengan 16,10 persen, Belanda 11,75 persen, Thailand 10,16 persen, Malaysia 9,7 persen dan Korea Selatan sebesar 7,26 persen. Pangsa ekspor ke enam negara tersebut mencapai 75 persen dari total ekspor kelapa Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement