Senin 23 Jul 2018 14:06 WIB

Bukit Asam Bukukan Laba Rp 2,5 Triliun

Laba per lembar saham naik menjadi Rp 244 pada semester 1 2018.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Tambang baru baru milik Bukit Asam
Tambang baru baru milik Bukit Asam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT. Bukit Asam mencatatkan keuangan positif pada semester satu 2018 ini. Laba bersih PT. BA naik sebesar 49 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan laba bersih Bukit Asam juga didukung dari peningkatan produksi sebesar 19 persen.

Laba bersih Perseroan semester 1-2018 tercatat sebesar Rp 2,58 Triliun melonjak dari semester 1-2017 yang hanya sebesar Rp 1,72 Triliun. Hal ini meningkatkan laba per lembar saham dari Rp 164 pada semester 1-2017 menjadi sebesar Rp 244 pada semester 1-2018.

Direktur Utama PT. Bukit Asam, Arviyan Arifin menjelaskan selain mengalami peningkatan produksi, penjualan juga meningkat delapan persen dari periode yang sama tahun lalu. "Dengan penerapan strategi usaha yang efektif serta efesiensi di semua lini, Perseroan mampu mempenahankan serta terus meningkatkan profitabilitas dan likuiditas Perseroan," ujar Arviyan di Ritz Calrton, Senin (23/7).

Arviyan menjelaskan pendapatan juga meningkat sebesar 17 persen menjadi Rp 10,53 triliun pada semester satu ini. Ia menjelaskan pendapatan dari penjualan batubara ekspor dengan negara tujuan utama yaitu Cina, India, Thailand, Hongkong dan Kamboja menjadi penyebab peningkatan nilai pendapatan usaha.

"Optimasi penjualan ekspor batubara kalori medium to low, peningkatan produksi, masih menjadi bagian dari strategi Perseroan dalam memanfaatkan pergerakan indeks harga batubara dunia yang terus menunjukkan kenaikan," ujar Arviyan.

Ia juga menjelaskan pendapatan atas penjualan batubara ekspor periode semester 1-2018 adalah sebesar 51 persen dari total pendapatan. Sedangkan penjualan ekspor hanya 48 persen dari total volume penjualan. Pendapatan atas penjualan batubara domestik sebesar 46 persen.

Selebihnya atau 3 persen merupakan pendapatan dari aktivitas usaha lainnya, yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.

Arviyan juga menjelaskan secara total selama semester 1-2018, terdapat peningkatan volume penjualan batubara sebesar 8 persen dibandingkan semester 1-2017 yaitu dari 11,36 juta ton menjadi 12,22 juta ton.

"Kenaikan harga tersebut dipengaruhi oleh kenaikan harga rata-rata semester 1-2018 untuk batubara Newcastle yang cukup signifikan yaitu sebesar 29 persen serta kenaikan harga rata-rata batubara thermal Indonesia (Indonesia Coal lndex/ ICI) GAR 5000 sebesar 13 persen dibandingkan harga rala-raia semester 1-2017," ujar Arviyan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement