Jumat 20 Jul 2018 13:21 WIB

BI: Yang Melemah Bukan Hanya Rupiah

Dolar AS menguat seiring data ekonomi di Paman Sam.

Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penguatan dolar AS menyusul perbaikan data ekonomi Amerika berdampak secara meluas ke mata uang negara-negara berkembang. Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, bukan nilai tukar rupiah yang melemah pada Jumat (20/7) ini.

"Jika melihat lebih luas, bukan hanya rupiah yang melemah hari ini, tapi juga mata uang lainnya," katanya.

Erwin juga membantah jika melemahnya nilai rupiah karena pelaku pasar merespons negatif keputusan Bank Sentral yang mempertahankan suku bunga acuan "7 Day Reverse Repo Rate" sebesar 5,25 persen.

Seperti diketahui, Bank Sentral pada Kamis (19/7), menahan suku bunga acuan setelah dua bulan terakhir mengerek naik hingga 100 basis poin.

Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate yang diumumkan Bank Indonesia, Jumat ini, menunjukkan rupiah diperdagangkan di Rp14.520 per dolar AS, melemah 102 poin dibanding acuan Kamis (19/7) yang sebesar Rp.14.418 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan pergerakan rupiah masih melemah seiring imbas kenaikan dolar AS yang masih merespons pidato Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve) Jerome Powell akan optimismenya terhadap pertumbuhan ekonomi AS yang stabil.

Baca juga, Kurs Rupiah Anjlok ke Level Terendah Tahun Ini.

Optimisme Powell menyiratkan potensi kenaikan suku bunga The Federal Reserve sebanyak dua kali lagi di sisa tahun, setelah kenaikan dua kali pada semester I 2018.

"Meskipun di sisi lain Powell tidak menyampaikan secara detil kebijakan moneter The Fed ke depannya," ujar dia.

Pada pembukaan perdagangan Jumat ini, Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank juga melemah 35 poin menjadi Rp14.477 dibanding posisi sebelumnya Rp14.442 per dolar AS.

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, mengaku khawatir melihat rupiah terus tertekan walaupun BI berusaha memperketat kebijakan moneter secara agresif selama dua bulan terakhir.

"Walaupun BI mempertahankan posisi hawkish, namun tidak banyak membantu rupiah yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal," kata Lukman melalui siaran pers, Jumat (20/7).

Menurutnya, dolar AS yang berkibar tetap menjadi tema dominan di pasar di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga AS dan ketegangan dagang global yang memengaruhi sentimen. Karena itu, rupiah dan banyak mata uang pasar berkembang lainnya dapat semakin melemah.

Para trader teknikal akan terus mengamati bagaimana kurs rupiah terhadap dolar AS bertahan di atas level psikologis Rp 14.000 per dolar AS. "Harga sudah mencapai Rp 14.400 per dolar AS sehingga level kunci berikutnya adalah di kisaran Rp 14.750 per dolar AS," ungkapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement