REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komite II DPD RI asal Provinsi DKI Jakarta, Dailami Firdaus, menyayangkan tingginya harga telur ayam saat ini. Ia mengatakan, telur merupakan lauk utama masyarakat Indonesia karena tergolong murah. Jika lauk yang tergolong murah ini harganya naik dan menjadi mahal, maka masyarakat Indonesia akan bergantung pada lauk murah apa lagi?
"Harus ada langkah-langkah yang cepat, tepat, dan terukur dalam mengatasi lonjakan harga ini. Di masyarakat, telur menjadi lauk utama karena harganya yang relatif terjangkau," ujar Dailami dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (19/7).
Baca juga, Harga Telur Tinggi karena Rantai Pasok
Bagi dia, melonjaknya harga telur saat ini sangat luar biasa dan begitu terasa di masyarakat. Ia semakin miris ketika melihat banyak ibu-ibu rumah tangga yang harus mengantre dan berdesakan hanya untuk membeli telur retak atau pecah.
Dengan kondisi saat ini, pemerintah perlu bertindak dengan kebijakan prorakyat. Bila memang ada permainan kartel di pasar, pemerintah harus bertindak tegas.
Untuk diketahui, Kementerian Pertanian RI menegaskan tidak ada kendala dalam produksi daging ayam maupun telur ayam. Kenaikan harga yang terjadi akibat tingginya permintaan pada dua komoditas tersebut.
Baca juga, Harga Telur Rp 19.500, Peternak Masih Untung
Peningkatan permintaan ini karena adanya program Kementerian Sosial tentang Bantuan Pemerintah Non Tunai (BPNT) dalam bentuk satu kilogram (kg) telur per keluarga miskin. Dalam waktu yang bersamaan, Pemerintah DKI Jakarta juga memberikan bantuan berupa telur bagi warga DKI dengan menggunakan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Pemda DKI menandatangani kerja sama dengan Pemda Blitar untuk memasok telur ke DKI Jakarta.