Selasa 10 Jul 2018 01:00 WIB

BKPM Siapkan Insentif Investasi untuk Tanggapi Perang Dagang

Perang dagang antara AS dan Cina dinilai bisa mempengaruhi investasi.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Kepala BKPM Thomas Lembong dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan keterangan pers terkait perang dagang Amerika Serikat, di Istana Kepresidenan, Senin (9/7).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Kepala BKPM Thomas Lembong dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan keterangan pers terkait perang dagang Amerika Serikat, di Istana Kepresidenan, Senin (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong tak menampik jika perang dagang yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan Cina dan sejumlah negara lain yang melakukan ekspor ke negara tersebut bisa berdampak pada investasi. Sebab, investor yang akan berinvestasi ke negara seperti Cina dan Indonesia membutuhkan kepercayaan atas kondisi ekonomi global.

Thomas mengatakan, perang dagang AS dapat menimbulkan ketidakpastian di kalangan dunia usaha khususnya para investor. Mereka yang akan menginvestasikan uangnya ke sebuah industri menjadi pihak paling sensitif terhadap ketidakpastian.

"Makanya kita harus menyiapkan insentif tambahan untuk menanggapi dan menanggulangi dampak dan sentimen bagi investor," ujar di Istana Kepresidenan, Senin (9/7).

Menurut dia, pemerintah saat ini tengah mengupayakan berbagai megaproyek di bidang industri. Hal itu dinilainya berdampak baik bagi perekonomian secara menyeluruh karena mampu menyasar berbagai kalangan. Salah satu yang menjadi andalan adalah industri di bidang pengolahan mineral atau smelter. Menurutnya, industri smelter membuat Indonesia menjadi tiga negara terbesar pembuat stainless steel.

Selain industri smelter, pemerintah juga menggenjot industri petrokimia. Berbagai sektor lain pun akan terus direalisasikan investasinya agar arus modal ke dalam negeri terjaga dan ekspor semakin meningkat. "Impor harus dikurangi demi kewajaran negara perdagangan," ujar Thomas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement