REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Herman Khaeron meminta pemerintah membuat neraca minyak dan gas sesuai dengan kondisi ril yang ada saat ini. Neraca minyak dan gas ini diperlukan untuk mejadi acuan pemerintah dan DPR dalam menentukan target.
Herman menjelaskan, neraca yang dimaksud adalah menjelaskan secara terperinci, seperti apa stok minyak dan gas saat ini. Hal ini selain bisa membuat perhitungan target lebih jelas, juga membuat investor lebih mendapatkan kepastian dalam berbisnis di Indonesia.
Target Lifting Minyak dan Gas tak Tercapai
"Kalau neracanya hanya berpegang pada supply and demand, bagaimana dalam menentukan kepastian, sedangkan selama ini supply and demand selalu berubah dan kadang tidak sesuai rencana," ujar Herman di Gedung DPR, Senin (9/7).
Herman mencontohkan, salah satu proyek yang mangkrak adalah pembangunan fasilitas regasifikasi dan reserving di Bojonegaro. Ia mengatakan, saat proyek tersebut direncanakan disebutkan bahwa cadangan mencapai 500 mmsfd. Setelah, proyek jadi, ternyata buyer yang ada hanya mencapai 50 mmbtu.
Realisasi produksi migas siap jual (lifting) secara nasional pada semester I tahun ini mencapai 1,92 juta barel setara minyak per hari (barrel of oil equivalent per day/boepd) atau 96 persen dari target dalam APBN 2018 sebesar 2 juta boepd.
Lifting terdiri atas realisasi produksi minyak bumi sebesar 771.000 barel per hari (bph) atau 96 persen dari target APBN 2018 sebesar 800.000 bph. Realisasi lifting gas bumi sebesar 1,15 juta boepd atau 96 persen dari target 1,2 juta boepd.