Sabtu 07 Jul 2018 00:10 WIB

Indonesia Antisipasi Banjir Baja dan Keramik Asal Cina

Industri baja dinilai paling sensitif terhadap perang dagang yang dilancarkan AS

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nidia Zuraya
Industri Baja (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Industri Baja (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mewaspadai banjir produk baja dan keramik asal Cina ke Indonesia. Hal itu, sebagai antisipasi dampak perang dagang Amerika Serikat dan Cina.

"Yang sensitif terhadap perang dagang adalah sektor baja. Sektor ini saya sampaikan agar tidak menjadi kebanjiran impor. Yang kedua, sektor keramik itu juga kalau dibanjiri impor dengan berbagai kualitas ya tentu industrinya sulit bersaing terutama industri menengah ke bawah," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai mengikuti rapat koordinasi di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (6/7).

Airlangga mengatakan, setelah AS memberlakukan tambahan bea masuk untuk produk impor asal Cina, terdapat kemungkinan negara Tirai Bambu itu akan mengalihkan ekspornya ke Indonesia. Salah satu kebijakan yang bisa menjaga daya saing produk tersebut dengan produk impor adalah penurunan harga gas bagi industri.

"Jadi, kalau industri tidak mendapatkan gas sesuai yang diharapkan ditambah lagi dengan kebanjiran impor maka industri kena double hit. Dua kali pukulan," kata Airlangga.

Selain persoalan perang dagang, ujarnya, Indonesia saat ini juga menghadapi defisit neraca perdagangan. Berdasarkan data BPS, Indonesia mengalami defisit sebesar 2,83 miliar dolar AS sejak Januari hingga Mei 2018.

Untuk memperbaikinya, Airlangga akan menggenjot industri substitusi impor. Di sektor tekstil, misalnya, terdapat substitusi untuk produk paracilin. Menurut Airlangga, jika substitusi dari bahan baku serat kain itu bisa berjalan, industri tekstil bisa menekan impor hingga 2 miliar dolar AS per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement