Jumat 06 Jul 2018 08:20 WIB

Harga Komoditas Dongkrak Produksi Industri Alat Berat

Produksi alat berat pada kuartal I tahun 2018 mencapai 1.684 unit

Alat berat, ilustrasi
Alat berat, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto meyakini permintaan industri alat berat di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan permintaan ini seiring dengan membaiknya harga komoditas, gencarnya pembangunan sektor konstruksi, dan naiknya aktivitas sektor pertambangan di dalam negeri.

"Untuk itu, kami berharap kepada pelaku industri alat berat dapat memanfaatkan dengan menguatnya harga komoditas untuk memacu produksinya," kata Menperin, Kamis (5/7).

Merujuk data Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi), dalam dua tahun terakhir ada kenaikan produksi alat berat. Pada 2016, produksi mencapai 3.678 unit dan 2017 menjadi sebanyak 5.609 unit. Sementara itu, produksi di kuartal I tahun 2018 tercatat 1.684 unit yang diproduksi. 

Produksi alat berat sepanjang kuartal pertama tersebut, naik sebesar 46,05 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Produksi ini didominasi untuk memenuhi kebutuhan sektor konstruksi dan pertambangan.

Adapun alat berat jenis hydraulic excavator menjadi kontributor tertinggi dari total produksi di kuartal I/2018 yang mencapai 1.534 unit atau 91,09 persen, diikuti bulldozer 89 unit, dump truck 60 unit, dan motor grader 1 unit. Sepanjang tahun 2018, produksi alat berat ditarget Hinabi bisa tembus 7.000 unit.

Guna mendongkrak daya saing industri alat berat nasional, Kementerian Perindustrian mendorong sektor ini terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi sesuai kebutuhan pasar saat ini. "Pemerintah akan memfasilitasi pemberian super deductible tax bagi industri yang berinovasi," jelas Menperin.

Langkah tersebut sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, di mana program prioritas untuk mendukung implementasi revolusi industri keempat di Tanah Air, di antaranya adalah pembangunan ekosistem inovasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Menperin pun menyampaikan pentingnya sektor ini untuk terlibat dalam program pendidikan vokasi yang diinisasi oleh Kemenperin dengan konsep link and match antara industri dengan SMK.

"Tujuannya adalah mencetak tenaga kerja kompeten sesuai kebutuhan dunia industri saat ini. Pasalnya, engineering company seperti ini, bisa survive karena mereka megutamakan pembangunan SDM," tegasnya.

Airlangga menambahkan, industri alat berat berperan penting mendukung kegiatan usaha lain, seperti di sektor pertambangan, pengolahan lahan hutan, pembangunan infrastruktur, serta perkebunan dan pertanian. Hal ini mendukung akselerasi program pemerintah dalam menerapkan kebijakan hilirisasi.

"Kebijakan tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk-produk industri lanjutan," paparnya.

Di samping itu, menciptakan pula pertumbuhan bagi ekonomi lokal. "Misalnya di Kabupaten Morowali, adanya industri smelter, ekonomi di sana naik sebesar 65 persen di tahun 2015 dan mendorong peningkatan ekspor lebih dari 80 persen pada 2017," katanya menambahkan.

Airlangga juga berupaya memacu industri alat berat di dalam negeri semakin meningkatkan komponen lokalnya. "Seperti pengembangan kendaraan pedesaan multiguna yang tengah kami dorong, di mana komponen lokalnya sudah mencapai 70 persen. Jadi, kalau kita sudah bisa buat di dalam negeri, tidak perlu lagi impor," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement