REPUBLIKA.CO.ID, BANGLI -- Lahan pertanian dan perkebunan warga di sejumlah wilayah Kabupaten Bangli dan Karangasem, Bali, terpapar pasir dan abu vulkanis dari letusan Gunung Agung. "Tanaman jeruk saya sebenarnya sudah memasuki musim panen. Tapi belum sempat dipanen sudah rusak terkena hujan abu Gunung Agung," ujar seorang petani di Desa Suter, Bangli, Wayan Suardana, Kamis (5/7).
Wayan Suardana mengaku merugi karena hasil panen kali ini menurun karena produktivitas berkurang, banyaknya jeruk rusak, dan harga jualnya merosot. "Ini kebanyakan sudah tidak laku. Sudah tidak bisa diselamatkan karena di wilayah sini susah air sehingga saya tidak bisa menyemprot jeruk yang terkena abu vulkanis," katanya.
Mertayasa, petani lain di wilayah Desa Suter mengaku mengalami gagal panen akibat tanamannya rusak tertutup abu vulkanis. "Jagung, kacang panjang, sawi ini mati, sepertinya sudah tidak bisa dipanen, jadi ya harus ditanam lagi nanti," ujarnya.
Selain tanaman sayurnya, Mertayasa mengaku hujan abu Gunung Agung juga menutupi kawasan tempat tinggalnya yang berada tidak jauh dari lahan pertanian tersebut. "Di rumah abunya lumayan tebal, itu juga menganggu aktivitas kami. Tapi rasanya saya lebih nyaman di rumah, belum perlu mengungsi. Dari pemerintah juga belum ada imbauan," katanya.
Widana, warga Desa Pempatan, Karangasem mengatakan mengalami kerugian sekitar Rp 25 juta karena tanaman, seperti jeruk, sawi dan kol yang ditanamnya gagal panen akibat terpapar abu vulkanis. "Hujan abu juga masih terus terjadi beberapa kali. Makanya saya pasrah karena ini pasti rusak, misalnya masih bisa dipanen juga nantinya tidak akan laku," katanya.
Baca juga: Dinkes: Abu Gunung Agung Belum Akibatkan Gangguan Kesehatan