Selasa 26 Jun 2018 06:59 WIB

Cina Lunakkan Kebijakan 'Made in China 2025'

Kebijakan Made in China 2025 memicu kemarahan negara-negara Barat.

Perusahaan teknologi asal Cina, Tencent.
Perusahaan teknologi asal Cina, Tencent.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina mulai melunakan kebijakan yang dikenal sebagai "Made in China 2025". Kebijakan yang mendukung gerakan industri Cina ini menimbulkan protes dari negara-negara Barat, dan pemerintah AS. Barat mengeluhkan ambisi teknologi Negeri Tirai Bambu itu.

Sumber-sumber dari para diplomat dan media massa Pemerintah Cina, di Beijing, Senin, mengatakan perang dagang yang digaungkan AS telah menekan Pemerintah Cina untuk melunakan kebijakan tersebut. Presiden AS Donald Trump mengancam menaikkan tarif bea masuk 25 persen pada impor barang-barang China senilai 450 miliar dolar AS.

Ancaman Amerika, menurut sumber tersebut telah membuat Pemerintah Cina semakin sadar bahwa kebijakan ambisiusnya telah memicu kemarahan Negara Paman Sam itu.

"Pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan aturan yang membatasi perusahaan China memiliki saham maksimal cuma 25 persen jika membeli perusahaan Amerika yang memiliki teknologi strategis," kata seorang pejabat Pemerintah Amerika.

Baca juga,  AS Batasi Cina Investasi di Perusahaan Teknologi.

Seorang diplomat senior Barat mengatakan, dalam sebuah pertemuan para pejabat Cina baru-baru ini mulai melunakan kebijakan "Made in China 2025". Para pejabat menggarisbawahi apa saja yang telah membuat kemarahan mitra dagang luar negeri, kemudian proposalnya akan diselesaikan para akademisi Cina.

Kantor berita Cina Xinhua memberitakan ada 140 item dalam kebijakan "Made in China 2025" belum berjalan. Diplomat itu mengatakan, beberapa pejabat Cina telah mengakui kesalahan pemerintah telah memaksakan kebijakan itu yang telah menimbulkan tekanan kepada mereka. "Cina tampaknya mulai menyesuaikan diri akibat propaganda yang hebat," kata diplomat itu.

Tiga wartawan media pemerintah mengatakan, mereka telah diinstruksikan untuk tidak menggunakan istilah "Made in China 2025" dalam pemberitaan. Dua media pemerintah lainnya mengatakan mereka tidak menerima instruksi seperti itu.

Untuk mengejar ketertinggalan di bidang teknologi, terutama di bidang robotik, kedirgantaan, mobil ramah lingkungan dan canggih, serta bahan dasar, China mengeluarkan kebijakan "Made in China 2025" oleh Dewan Negara Cina pada 2015.

Intinya, kebijakan itu untuk menggapai visi pemimpin Cina saat ini menjadi negara adidaya dunia pada 2050. Tapi kebijakan itu telah memicu kemarahan Amerika yang kemudian mengenakan tariff bea masuk barang-barang impor dari Cina.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement