REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) menilai pola ekonomi UMKM cocok dikembangkan dari lingkungan masjid untuk mendorong pembangunan ekonomi umat.
“Pola ekonomi menengah bawah atau UMKM dengan basis online (daring),” kata Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidlowi kepada Republika.co.id, Senin (25/6).
Ia beralasan perdagangan daring tidak membutuhkan tempat mewah atau strategis untuk memasarkan produk. Sehingga, memudahkan produk UMKM dipasarkan pada masyarakat luas.
Kondisi itu, tentu saja berbeda dari beberapa tahun silam yang membuat orang harus mendirikan atau menyewa toko untuk berdagang. Dengan demikian, wajar apabila banyak pedangan atau pengusaha dilakoni etnis tertentu.
Masduki menilai imbauan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ihwal mendorong pembangunan ekonomi melalui masjid sangat bagus. Dengan demikian, ia beranggarapan, perlu ada perubahan mindset atau pola pikir bahwa masjid tidak hanya tempat mahdhah, bahkan lokasi kegiatan politik praktis.
“Bagus sekali (masjid) untuk urusan yang lebih soft malah, mentransformasi umat dalam bidang ekonomi,” ujar dia.
Terkait kesiapan SDM menggelorakan ekonomi melalui masjid, ia menilai sebagian pengurus masjid sudah siap. Sehingga, ia mengatakan, PBNU mengusulkan Dewan Masjid Indonesia (DMI) menginstruksikan pada masjid-masjid membuat manajemen rapi untuk membangun ekonomi dan bisnis.
Ia meyakini JK sebagai pengurus DMI mampu merancang konsep menindaklanjuti gagasan mendorong pembangunan ekonomi melalui masjid. Ia mengatakan PBNU siap apabila pemerintah berencana berkonsolidasi dan berkolaborasi melakukan langkah strategis merealisasikan gagasan tersebut.
“Solusi yang bagus secara nasional,” ujar dia.
Masduki mengatakan, kesenjangan ekonomi di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan laporan Oxfam Indonesia dan International NGO Forum on Indonesia Development (INDEF) ihwal negara dengan kesenjangan tertinggi, menempatkan Indonesia di urutan keempat, setelah Rusia, India, dan Thailand. Menurut dia, kondisi itu harus dihadapi dengan solusi-solusi kreatif, seperti ilmu manajemen ekonomi, pelatihan-pelatihan enterpreneurship (kewirausahaan) yang berbasis daring dari mubaligh.