REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat menilai realisasi tingkat inflasi Mei 2018 sebesar 0,36 persen (mtm) masih berada dalam rentang ekspektasi. Meski angka ini lebih tinggi dibanding laju inflasi Sumbar pada April sebesar 0,02 persen (mtm), tingkat inflasi Sumbar di dua pekan pertama Puasa masih terbilang stabil di angka rendah.
BI Sumbar juga mencatat, besaran inflasi pada Ramadhan 2018 juga masih di bawah rata-rata inflasi Ramadhan periode tiga tahun sebelumnya (2014-2016), yakni sebesar 0,76 persen. Kepala BI Sumbar, Endy Dwi Tjahjono, menjelaskan merangkaknya angka inflasi bulanan disebabkan kenaikan harga sejumlah komoditas. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga, seperti cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras. Harga naik terutama disebabkan pasokan yang terbatas.
"Produksi bawang merah di Alahan Panjang Kabupaten Solok menurun karena masih dalam masa tanam, sehingga menyebabkan stok komoditas tersebut terganggu. Sedangkan, kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh berkurangnya pasokan DOC (day old chicken) di pasar," katanya, Rabu (6/6).
Endy mengingatkan pemerintah risiko inflasi Juni 2018 yang mencakup periode arus mudik dan balik Lebaran akan didorong meroketnya tiket pesawat keberangkatan dari Kota Padang. Selain itu, permintaan terhadap komoditas pendidikan, khususnya pendaftaran dan keperluan sekolah diperkirakan meningkat seiring dengan masuknya periode tahun ajaran baru.
"Risiko inflasi juga datang dari meningkatnya permintaan masyarakat terhadap komoditas bahan pangan strategis menjelang Idul Fitri," ujar Endy.