REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Permintaan daging kerbau impor yang dijual Bulog Sub Divre Banyumas, Jawa Tengah, mengalami lonjakan pada bulan Ramadhan ini. Kepala Bulog Banyumas, Sony Supriyadi, menyebutkan lonjakan permintaan daging kerbau ini mencapai lebih dari 50 persen.
''Kalau pada hari biasa, permintaan daging kerbau hanya berkisar 25-75 kilogram per hari, maka sejak awal bulan puasa kemarin mengalami lonjakan sekitar 150-300 kg per hari. Jadi mengalami lonjakan cukup tinggi,'' jelasnya, Jumat (1/6).
Ia menyebutkan, adanya peningkatan permintaan ini menunjukkan bahwa masyarakat Banyumas sudah mulai akrab dengan daging kerbau. ''Masyarakat sudah mulai tidak asing dengan daging kerbau, karena memang rasanya hampir sama dengan daging sapi. Hanya serat daging kerbau lebih besar dari daging sapi,'' katanya.
Meski terjadi peningkatan, stok daging kerbau diperkirakan masih tetap mencukupi hingga Lebaran mendatang. Apalagi pada awal Ramadhan lalu, Bulog Banyumas mendapat tambahan pasokan daging kerbau sebanyak empat ton.
''Dengan adanya tambahan pasokan ini, stok daging kerbau yang kami miliki saat ini masih mencapai 6,25 ton. Kami perkirakan, stok ini akan cukup hingga Lebaran,'' katanya.
Menurutnya, penjualan daging kerbau tersebut, dilakukan melalui melalui Bulog Mart yang ada di kantor Bulog dan kompleks pergudangan Bulog, maupun ribuan RPK (Rumah Pangan Kita) yang tersebar di wilayah eks Karesidenan Banyumas. ''RPK yang sudah menjual daging kerbau, RPK yang sudah memiliki frezer,'' katanya.
Dikatakan, harga daging kerbau yang dijual di Bulog Mart maupun RPK, dibatasi dengan HET (Harga Eceren Tertinggi) seharga Rp 80 ribu. Harga ini jauh lebih murah dari harga daging sapi yang di pasaran saat ini dijual seharga Rp 110 ribu-120 ribu per kg.
''RPK yang menjual daging kerbau, juga tidak boleh menjual di atas Rp 80 ribu. Hal ini karena tujuan penjalan daging kerbau memang untuk melakukan stabilisasi harga daging sapi,'' katanya.