REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe belum berhasil menjembatani perbedaan-perbedaan dalam isu perdagangan. Kebijakan tarif impor baja dan alumunium oleh AS, membuat hubungan perdagangan kedua negara tersebut semakin sulit.
Seperti dilaporkan Reuters, Kamis (31/5), kedua negara gagal mencapai kesepakatan dalam peningkatan hubungan perdagangan. Misalnya saja, AS telah mengundurkan diri dari perjanjian perdagangan Trans-Pacific Partnership (TPP) yang dipromosikan oleh Jepang sebagai penyeimbang ke Cina. Tak hanya itu, AS juga meninggalkan perjanjian perubahan iklim yang didukung oleh Tokyo.
Kendati begitu, Trump dan Abe sepakat untuk memluai pembicaraan perjanjian perdagangan bebas yang adil dan memiliki timbal balik. Trump mengaku lebih menyukai hubungan perdagangan bebas secara bilateral yakni antara AS dan Jepang. Sedangkan, Abe bersikeras bahwa pakta perjanjian perdagangan secara multilateral menjadi pilihan yang terbaik.
"Bukan Jepang yang membutuhkan FTA (free trade agremeent) bilateral, tapi Amerika Serikat," ujar mantan perunding perdagangan Jepang Yorizumi Watanabe.
Baca juga, Pertumbuhan Ekonomi AS Direvisi Jadi 2,2 Persen.
Sebelumnya, Jepang telah mengirimkan notifikasi kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) paskaTrump menerbitkan tarif impor. Dalam notifikasi tersebut, Jepang menyatakan, mereka berhak mengambil tindakan balasan terhadap tarif baja dan alumunium AS.
Selama ini, Jepang telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi AS. Pada 2016, perusahaan Jepang telah menginvestasikan 421 miliar dolar AS secara kumulatif di Amerika Serikat. Investasi ini menciptakan lebih dari 850 ribu pekerjaan.
Kenaikan impor energi juga diperkirakan akan membantu memangkas ketidakseimbangan perdagangan bilateral antara kedua negara. Jepang menerima pengiriman pertama gas alam cair (LNG) minggu lalu dari Nest Point yang baru saja dilakukan oleh Dominion Energy Inc., pabrik ekspor Maryland, AS.