Senin 28 May 2018 10:39 WIB

Rupiah Dibuka Melemah ke Posisi Rp 14.070 per Dolar AS

Sentimen mengenai imbal hasil obligasi AS menurun.

Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (28/5) pagi bergerak melemah sebesar 24 poin menjadi Rp 14.070 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.046 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, kabar mengenai akan dinaikkannya produksi minyak oleh Rusia dan Arab Saudi mendorong dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang dunia. "Kabar itu dapat membuat harga-harga minyak melemah dan berimbas pada komoditas lainnya," katanya.

Ia menambahkan,  apresiasi dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia juga ditopang oleh sentimen ketidakpastian politik di Eropa. Kendati demikian, ia mengatakan bahwa sentimen mengenai imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang menurun seiring sikap dovish The Fed atau Bank Sentral AS setelah keluarnya notulensi rapat FOMC bulan Mei.

"Tercatat yield obligasi AS turum sebesar 7 bps sejak notulensi dirilis dan kini berada di level 2,93 persen."

Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah dapat kembali bergerak menguat terhadap dolar AS seiring melemahnya yield obligasi AS itu. Kenaikan tingkat suku bunga di dalam negeri juga turut menjaga stabilitas rupiah.

IHSG Menguat

Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, dibuka menguat sebesar 6,73 poin seiring optimisme pasar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

IHSG BEI dibuka menguat sebesar 6,73 poin atau 0,11 persen ke posisi 5.982,47. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 0,43 poin (0,05 persen) menjadi 958,82.

"Aliran dana asing diindikasikan mulai masuk lagi. Kondisi itu mendorong IHSG kembali menguat," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere di Jakarta, Senin (28/5).

Menurut dia, aksi beli investor itu seiring optimisme terhadap perekonomian nasional yang akan terus tumbuh menyusul konsumsi masyarakat pada kuartal II yang diproyeksikan lebih baik mendorong investor melakukan aksi beli. "Konsumsi masyarakat merupakan salah satu penggerak perekonomian," katanya.

Kendati demikian, ia mengatakan, Semenanjung Korea yang mulai kembali memanas menyusul batalnya pertemuan antara Presiden AS dan Korea Utara di Singapura pada 12 Juni mendatang dapat berdampak negatif pada pasar saham.

"Pernyataan terbuka dari Presiden Korea Utara dinilai bernada permusuhan. Selain membatalkan pertemuan, Trump juga mengancam dengan menyebutkan AS memiliki kekuatan nuklir yang jauh lebih besar," katanya.

Bursa regional, di antaranya, indeks Nikkei turun 23,98 poin (0,11 persen) ke 22.426,80, indeks Hang Seng naik 24,50 poin (0,08 persen) ke 30.612,53, dan Straits Times menguat 5,13 poin (0,15 persen) ke posisi 3.518,36.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement