Rabu 23 May 2018 12:09 WIB

Jual Beras, Petani Ciampea Untung Berlimpah

Inpari 40 mulai disukai masyarakat karena memiliki rasa yang enak.

Red: EH Ismail
Beras.
Foto: Humas Balitbangtan.
Beras.

REPUBLIKA.CO.ID, Beras merupakan bahan makanan pokok utama penduduk Indonesia. Karena itu, kebutuhan jenis pangan ini selalu mengikuti pertumbuhan penduduk nasional setiap tahunnya.

Di sisi lain, upaya menambah luas lahan pertanian bukanlah suatu hal yang mudah. Di sinilah pentingnya peran teknologi, terutama dalam hal penggunaan varietas unggul baru (VUB) padi. Penggunaan VUB padi tak lain bertujuan agar produktivitas tanaman tinggi sehingga dapat mendukung ketersediaan  stok beras. Salah satu VUB Balitbangtan yang mulai dikembangkan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah Inpari 40 Agritan.

Saat ini, salah satu permasalahan peningkatan pendapatan petani adalah harga gabah yang cenderung tertekan karena posisi tawar petani yang rendah. Menjual gabah, lebih-lebih saat masih di sawah, seringkali terpaksa dilakukan karena berbagai kendala, seperti kesulitan menjemur, cuaca tak ramah, kebutuhan uang mendesak, dan lain-lain. Jika bisa dilakukan, upaya menangani tahapan pascapanen hingga menggiling menghasilkan beras ini tentu akan sangat menguntungkan petani.

Usai melakukan panen padi varietas Inpari 40 di Kampung Cibuntu Alih Odah, Desa Cicadas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, petani pun memproses dan menggiling sendiri gabahnya sampai menghasilkan beras. Kini, petani mendulang untung karena berhasil menjual sebanyak 1.625 kilogram beras dengan harga Rp 10 ribu per kilogram.

Hal itu tak lain disebabkabn banyak masyarakat yang sangat tertarik membeli beras varietas unggul Inpari 40. Alasannya, varietas itu baru diperkenalkan sebagai tindak lanjut kerja sama Dinas Pertanian Kabupaten Bogor dengan Balitbangtan yang diwakili Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen). Beras yang diproses dari hasil pertanaman Inpari 40 tersebut pun ludes terjual.

“Inpari 40 saat ini mulai disukai oleh masyarakat karena memiliki rasa yang enak dan warna beras yang putih,” kata Sadjili, petani Desa Cicadas.

Karena penerimaan masyarakat tersebut, Sadjili menegaskan, sebagian benih inpari 40 akan ditanam kembali pada musim tanam (MT) II 2018. Sambil tersenyum lebar, dia pun optimis hasil panen MT II 2018 lebih tinggi dan petani bisa menikmati harga yang bagus dengan cara pengolahan pascapanen dan menggiling sendiri.

Kepala BB Biogen Mastur menyatakan, pendekatan terpadu kegiatan budidaya dan pascapanen tersebut merupakan cara efektif meningkatkan pendapatan petani. “Dengan cara ini, upaya peningkatan kesejahteraan petani bukan lagi sekedar cita-cita yang sulit dicapai, namun ternyata bisa menjadi kenyataan,” kata dia. (Nurul Ulfah/Mastur/Balitbangtan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement