REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja menilai dosis kenaikan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin untuk sementara ini sudah cukup untuk meminimalkan keluarnya arus modal asing.
"Sebesar 25 basis poin itu sudah cukup untuk sesuaikan dengan kondisi pasar. Jadi tidak perlu reaktif juga. Kalau hari ini sampai melemah lagi itu lebih karena (mekanisme) pasar," kata Parwati di Jakarta, Senin (21/5) malam.
Bank Sentral, kata dia, tidak akan membiarkan rupiah melemah semakin jauh dari nilai fundamentalnya. Namun, Parwati menyarankan BI untuk tidak ragu mengeluarkan kebijakan stabilisasi jika dirasa tekanan terhadap perekonomian semakin kencang dan bisa mengganggu stabilitas domestik.
"Saya pikir saat ini kita berikan kepercayaan dahulu kepada BI untuk terus memonitor pasar," ujar dia.
Pernyataan Parwati tersebut menanggapi belum ampuhnya kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan BI pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis 17 Mei 2018 untuk meredam pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Setelah BI menaikkan suku bunga acuan pada Kamis (17/5), rupiah masih depresiatif terhadap dolar AS. Kurs Acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang diumumkan BI pada Jumat, menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp14.107 per dolar AS pada Jumat (18/5) dibanding Kamis (17/5) yang sebesar Rp14.074 per dolar AS.
Pada Senin (21/5) kemarin, di pasar spot, rupiah sempat melewati batas psikologis baru di Rp 14.200 per dolar AS, walaupun akhir ditutup meenguat dan kembali ke level Rp 14.100 per dolar AS.