Senin 14 May 2018 10:49 WIB

Pemimpinnya Dukung Najib, Saham Air Asia Jatuh

Dua hari sebelum Pemilu Malaysia, CEO Air Asia merilis video yang memuji Najib Razak

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
CEO AirAsia, Tony Fernandes.
Foto: Reuters
CEO AirAsia, Tony Fernandes.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Saham Grup AirAsia Bhd turun sebanyak 10 persen pada Senin (14/5) di sesi perdagangan pertama. Penurunan saham ini karena pimpinan AirAsia, Tony Fernandes meminta maaf karena mendukung mantan perdana menteri Najib Razak dalam pemilihan pekan lalu.

"Saya minta maaf atas apa yang telah terjadi. Saya tertekuk pada momen penting dalam sejarah kami. Ini tidak benar dan aku akan selamanya menyesali itu," kata Fernandes dalam video yang dirilis pada Ahad (13/5).

Dua hari sebelum pemilihan ke 14 Malaysia, Fernandes merilis video yang memuji Najib dan dukungan pemerintah terhadap maskapai penerbangan bertarif rendah yang ia dirikan. Kemudian pada hari itu, Najib memposting foto dirinya dan Fernandes berdiri di depan pesawat AirAsia yang dilukis dengan slogan kampanye untuk koalisi Najib.

Fernandes mengatakan video dan tema kampanye itu adalah upaya untuk menenangkan pemerintah Najib setelah dia berada di bawah tekanan kuat menjelang pemilihan. Tekanan diperoleh karena ia menambah penerbangan tambahan pada hari pemungutan suara.

Fernandes juga ditekan karena menolak memecat ketua anak perusahaan yang telah menyatakan dukungan untuk Mahathir. AirAsia telah mengumumkan penerbangan tambahan dan mengurangi tarif untuk membantu pemilih pulang ke rumah mereka agar memberikan suara.

Fernandes menolak memecat Rafidah Aziz, mantan menteri yang berkampanye untuk koalisi Mahathir, sebagai ketua AirAsia X, anak perusahaan AirAsia. "Ketika dampak dan popularitas Rafidah meningkat, tekanan tumbuh secara eksponensial. Semakin sulit untuk menahan tekanan dari kantor perdana menteri," katanya.

Para pembantu Najib tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar. Fernandes mengatakan keputusan AirAsia untuk menambah lebih banyak penerbangan pada hari pemilihan menambah tekanan dari pemerintah Najib.

"Dalam 24 jam, kami dipanggil oleh Komisi Penerbangan Malaysia (regulator) dan diberitahu untuk membatalkan semua penerbangan itu. Itu menempatkan kami di bawah tekanan luar biasa," kata Fernandes.

Ia mengatakan, pada saat hari pemiliham, perusahaan penerbangannya telah menambah 120 penerbangan.

Komisi Penerbangan Malaysia dalam sebuah pernyataan di situs webnya mengatakan bahwa mereka dengan secara serius akan melakukan penyelidikan terhadap klaim Fernandes.

Oposisi sempat mengkritik keputusan pemerintah yang mengadakan pemilu pada Rabu (9/5). Menurut oposisi ini adalah upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah pemilih dan mempersulit warga Malaysia yang tinggal jauh dari rumah. Kebanyakan dari warga Malaysia ini mendukung oposisi pada pemilu.

Najib dikalahkan oleh Mahathir Mohamad dalam hasil pemilihan umum yang mengejutkan pekan lalu. Koalisi Barisan Nasional (BN) Najib, yang memerintah Malaysia sejak merdeka 1957, kalah untuk pertama kalinya.

AirAsia memiliki beberapa maskapai penerbangan di berbagai negara Asia. Tetapi Malaysia, pasar dalam negerinya, adalah penyumbang pendapatan terbesar. AirAsia sangat bergantung pada persetujuan pemerintah untuk mendukung rencana pertumbuhan perusahaanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement