Ahad 13 May 2018 02:00 WIB

Mendag Dorong Perdagangan Daring di Pesantren

Pedagang diminta mengambil keuntungan yang wajar.

Red: Nur Aini
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memberikan penjelasan terkait importir nakal bawang putih, Selasa (13/3).
Foto: Republika/Debbie Sutrisno
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memberikan penjelasan terkait importir nakal bawang putih, Selasa (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, saat ini e-commerce atau perdagangan elektronik sudah menjadi tren sehingga pemerintah sangat mendorong peluang bisnis di bidang perdagangan.

"Pemerintah sangat memprioritaskan serta mendorong pesantren untuk menumbuhkan pusat perekonomian baru, dan para santri ini jangan sampai kalah dengan lulusan sekolah yang lain," katanya saat memberikan materi pada seminar Pesantrenpreuner sesi 1 di Ponpes Bayt al-Hikmah, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (12/5).

Ia mengemukakan, ada beberapa profesi yang baik, salah satunya adalah sebagai seorang pedagang karena profesi pedagang itu terhormat dan tidak kalah jika dibandingkan menjadi seorang pegawai negeri sipil. "Profesi yang baik asalkan pedagang tersebut mengambil keuntungan yang wajar," ujarnya.

Dia menceritakan, saat masih remaja dulu sering membantu teman-temannya untuk membuatkan kaos yang akan digunakan dalam sebuah kegiatan. "Saat itu, saya mencarikan kaos dengan harga yang murah, kemudian saya mengambil keuntungan 20 sampai dengan 30 persen," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya sangat mendukung apa yang sudah dilakukan oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dengan mendirikan Ummart yang bersinergi dengan pengusaha ritel modern. "Apa yang dilakukan pengusaha daerah, terutama mereka yang memiliki produk-produk makanan bisa dititipkan di tempat ini. Jangan bermimpi langsung bisa cepat kaya, karena seperti saya ini tidak dilahirkan dari anak orang kaya, semuanya harus merintis dari bawah," katanya.

Hal yang paling penting, kata dia, menjadi pedagang harus jujur, kreatif, dan tidak mudah putus asa karena untuk menjadi besar harus terus berproduksi dan berusaha lebih baik. "Menjadi pedagang juga harus pandai membaca peluang karena kesempatan tidak datang dua kali, dan juga harus ulet," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement