REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) menyiapkan langkah-langkah strategis dalam menghadapi gempuran impor ayam dari Brasil. Hal ini menyusul kekalahan Indonesia atas gugatan negeri Samba tersebut melalui Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO.
"Kita sudah kalah di sidang WTO, Brasil yang mengajukan gugatan agar Indonesia membuka keran impor untuk ayam, mau tidak mau ini harus diberlakukan," kata Ketua Gopan Herry Dermawan di Bogor, Jumat.
Dalam merancang strategi ini, Gopan menggelar Rapat kerja nasional (Rakernas) untuk pertama kalinya. Rakernas dihadiri seluruh perwakilan organisasi peternak ayam nusantara.
Menurut Herry, hasil sidang WTO yang dimenangkan oleh Brazil, memaksa Indonesia harus membuka keran impor ayam dari Brazil."Ini jadi ancaman," katanya.
Ia mengatakan jika ayam Brazil masuk ke Indonesia, akan mengancam nasib peternak mandiri dalam negeri. Situasi ini menjadi ancam krusial, karena harga ayam Brazil lebih murah, sehingga harga ayam akan turun. Jika harga ayam turun, peternak merugi, dan kalau peternak merugi, maka akan tutup.
"Peternak di Brazil sudah sangat efisien dan biaya produksinya sudah sangat murah," katanya.
Menurut Herry, harga ayam Brazil dapat murah karna negeri Samba tersebut salah satu produsen jagung di dunia. Harga jagung di Brazil paling mahal Rp 2.200 sedangkan di Indonesia Rp 4.000 bahkan lebih, kalau paceklik bisa Rp 5.000.
Harga jagung berpengaruh dengan ayam karena 50 persen bahan baku untuk pakan adalah jagung. Di satu sisi kebijakan harga jagung adalah upaya pemerintah mengangkat petani jagung."Perlu ada upaya apa saja yang dirumuskan bersama untuk mengatasi importasi ayam Brazil," kata Herry.