Jumat 27 Apr 2018 21:36 WIB

Harga Sahamnya Terus Melemah, Ini Penjelasan Telkom

Hampir saham seluruh perusahaan telekomunikasi dunia dinilai turun,

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Telkom
Foto: Telkom Indonesia
Telkom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) terus melemah. Selama setahun terakhir, saham perseroan turun sebanyak 8,3 persen. Kemudian sejak Januari hingga April 2018 telah merosot sekitar 15,5 persen.

Menanggapi hal itu, Direktur Keuangan Telkom Harry M Zen mengatakan, kemungkinan para investor mengurangi exposure ke saham Telkom. "Bukan berarti tidak tidak suka, tapi mungkin mereka lihat, dulu memang terlalu banyak exposure sekarang dikurangi," jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat, (27/4).

Ia menambahkan, tidak hanya Telkom, hampir seluruh harga saham perusahaan telekomunikasi (telco) di dunia menurun. "Jadi tidak cuma di Indonesia, kalau di Indonesia mungkin orang lihatnya Telkom," kata Harry.

Lebih lanjut, ia menuturkan, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS yang terjadi beberapa hari terakhir tidak terlalu memengaruhi kinerja Telkom. Pasalnya, utang luar negeri (ULN) perseroan sangat kecil.

"Utang kita kecil sekali dalam dolar AS, maka nggak pengaruh. Baik revenue maupun utang kita hampir 100 persen menggunakan mata uang rupiah. Jadi nggak berefek," tegasnya.

Sebelumnya, Ekonom Institut of Development for Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, bicara kinerja Telkom, tidak lepas dari problematika akhir-akhir ini. Seperti kurs rupiah yang melemah terhadap dolar AS serta IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang naik turun, serta asing yang lakukan penjualan bersih di pasar modal.

Ia mengatakan, Telkom merupakan satu dari beberapa emiten besar di pasar modal. Maka, melemahnya saham Telkom berdampak pada pergerakan IHSG keseluruhan.

"Memang (kinerja) itu dipengaruhi penyebab makro dan eksternal, tapi tidak bisa salahkan faktor eksternal saja. Kenapa kinerja mereka tidak begitu baik? Karena rasio utang terhadap aset terus memburuk," jelas Bhima.

 

Ia menambahkan, investor asing yang melalukan penjualan bersih di Telkom mencapai Rp 10,6 triliun dalam satu tahun terakhir.

Bhima menyebutkan, rasio utang terhadap aset (debt to asset ratio) Telkom pada 2014 sebanyak 15 kali lalu di 2017 menjadi 18 kali. "Artinya kenaikan utang Telkom dibanding aset tidak sejalan," tambahnya.

Debt to equity Telkom, kata dia, juga membesar dari 26 kali di 2014 menjadi 32 kali di 2017. "Artinya ada penyakit di tata kelola Telkom, kinerja nya tidak optimal karena pengelolaan utangnya kurang produktif. Ini dialami sebagian besar BUMN, terutama Telkom. Padahal perkembangan Telkom seharusnya seiring perkembangan digital yang booming sejak 2014," jelas Bhima.

Sebagai informasi, hari ini, (27/4), saham Telkom (TLKM) ditutup menguat 2,19 persen atau naik 80 poin di 3.730 per lembar saham. Sepanjang pergerakannya hari ini, saham tersebut sempat mencapai kenaikan tertingginya di level 3.760 per lembar saham.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement