Rabu 25 Apr 2018 19:55 WIB

PLN Kembangkan PLTU Ramah Lingkungan

Harga listrik PLTU paling murah di antara pembangkit jenis lain.

Rep: Intan Pratiwi / Red: Satria K Yudha
Dua pekerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sedang mengamati pemindahan batu bara beberapa waktu lalu.
Foto: Rakhmat Hadi Sucipto
Dua pekerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sedang mengamati pemindahan batu bara beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT PLN (Persero) menegaskan akan terus mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ramah lingkungan. PLN mengklaim, PLTU saat ini sudah menggunakan teknologi canggih, sehingga tingkat polusi jauh lebih rendah.

 

"Kami sosialisasi dengan masyarakat bahwa ini tidak ada apa-apa. Teknologi-teknologi baru ultra super critical debunya lebih rendah, polusinya lebih rendah," kata Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah Amir Rosidin, Rabu (25/4).

 

Amir mengakui banyak PLTU yang terkendala perizinan, seperti perizinan lingkungan. Padahal, PLTU sudah menggunakan teknologi terkini untuk mengurangi polusi. Hingga saat ini, PLN masih memprioritaskan PLTU dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027.

 

Amir mengatakan, harga listrik dari PLTU merupakan yang paling murah di antara pembangkit jenis lain. Saat ini, harga listrik dari PLTU di angka sekitar 4-5 sen dolar AS per kilowatt hour (kWh).

 

Dengan dasar tersebut, PLN terus mengutamakan pembangunan PLTU. "PLTU memang sekarang jadi pilihan utama, itu yang paling murah," jelas Amir.

 

Harga listrik yang murah akan menghasilkan beban tarif listrik yang rendah. Dampaknya, masyarakat bisa menjangkaunya dan industri mampu lebih bersaing dengan negara lain.

"Karena lebih murah, kami bangun PLTU terus. Kami bisa jual listrik murah ke industri, tarif bisa turun sehingga industri berkembang," ujarnya.

 

Selain itu, PLTU juga digunakan sebagai andalan pasokan listrik untuk memenuhi daerah yang masih mengalami defisit listrik. Dalam program kerja PLN pun, PLTU masih menjadi andalan.

 

"Kami harus menutupi pemandaman yang lama dengan membangun pembangkit. Masih dibutuhkan sesuai dengan program kita," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement