Rabu 18 Apr 2018 11:54 WIB

Perang Dagang dengan AS, Cina Minta Dukungan Eropa

Cina telah bertemu dengan sejumlah dubes yakni Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andi Nur Aminah
Perang dagang AS dengan Cina
Foto: republika
Perang dagang AS dengan Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perwakilan perdagangan internasional Cina mengadakan serangkaian pertemuan dengan para duta besar dari negara-negara besar Eropa. Dalam pertemuan tersebut, Cina meminta dukungan agar negara-negara besar Eropa dapat berdiri bersama melawan kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS).

Reuters melaporkan, Rabu (18/4), perwakilan perdagangan internasional Cina telah bertemu dengan sejumlah duta besar di antaranya dari Prancis, Jerman, Inggris, Spanyol dan Italia. Pertemuan ini merupakan sinyal bahwa Cina sedang mencoba membangun jaringan untuk mengadapi kebijakan perdagangan AS yang semakin memanas.

Seorang diplomat senior Uni Eropa di Brussels membenarkan bahwa ada pertemuan antara perwakilan perdagangan internasional Cina dengan sejumlah duta besar negara-negara Eropa. Diplomat tersebut menyatakan, Uni Eropa tidak memihak kepada pihak manapun.

Adapun tujuan dari pertemuan tersebut yakni untuk menyelesaikan sengketa perdagangan melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). "Saya pikir Cina telah sangat efektif dalam membuat aturan perdagangan bebas. Sehingga menurut saya, dunia barat tidak akan meninggalkan hubungan dagang dengan Cina hanya untuk sebuah aturan yang baru," ujar diplomat yang enggan disebutkan namanya tersebut.

Di sisi lain, kelompok bisnis AS berpendapat bahwa Presiden AS Donald Trump harus membentuk koalisi dengan Uni Eropa, Jepang, dan negara-negara barat lainnya untuk mendorong Cina membuka ekonominya. Mereka khawatir, Cina akan lebih mengutamakan perusahaan lokal ketimbang membuka investasi bagi perusahaan asing.

Perang dagang yang dimulai oleh AS tidak hanya menyasar Cina, namun juga negara-negara Eropa dengan menetapkan tarif impor untuk baja dan alumunium. Terkait hal ini, Uni Eropa sedang berupaya untuk mendapatkan kompensasi di WTO. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement