Selasa 17 Apr 2018 07:05 WIB

Kementan Fokus Dorong Swasembada Protein

Ekspor Unggas pada 2017 berupa daging ayam olahan sebanyak 312 ton dan telur 386 ton.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Andi Nur Aminah
Renaa Farm, peternakan ayam di Desa Jatisari , Kelurahan Sedayu, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Renaa Farm, peternakan ayam di Desa Jatisari , Kelurahan Sedayu, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Di bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini fokus untuk mewujudkan swasembada protein hewani dan pengentasan kemiskinan untuk masyarakat di pedesaan.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, untuk menyukseskan pelaksanaan pembangunan pertanian harus dibuat program prioritas dan fokus dalam pelaksanaanya. "Kita telah melakukan terobosan peningkatan ekspor beberapa negara untuk ekspor unggas, di antaranya ke negara Myanmar, PNG, Jepang," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Teknis Nasional (Rakonteknas) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan hari ini Senin (16/4) di IPB Internasional Convention Center Bogor.

Ekspor Unggas pada 2017 berupa daging ayam olahan sebanyak 312 ton dan telur 386 ton. Data ekspor Obat Hewan tahun 2017 juga telah menembus 50 negara yang tersebar di empat benua sebesar 482.897 ton dengan nilai Rp 27,674 triliun. "Pertumbuhan volume dan nilai ekspor peternakan tiap tahun naik, pada tahun 2012-2017 mengalami peningkatan masing-masing sekitar 2,76 persen dan 3,2 persen," tambah dia.

Dalam waktu dekat pihaknya juga akan melakukan ekspor daging ayam olahan, DOC dan pakan ternak ke Timor Leste. Selain itu, Kementan akan memanfaatkan potensi ekspor ke negara ASEAN dan Timur Tengah, terutama komoditas kambing dan domba. Dalam waktu dekat, Indonesia akan melakukan ekspor perdana ke Malaysia sebanyak 2.500 ekor kambing dan domba. "Saya ingin ekspor tersebut terus meningkat," tegas dia.

Manfaat ekspor yang didapat bukan hanya meningkatkan pendapatan pelaku usaha tapi juga menambah devisa, serta mengangkat martabat bangsa Indonesia di mata dunia.

Sedangkan terkait dengan daging sapi, meski masih bergantung impor. Saat ini Kementan sedang berupaya meningkatkan populasi sapi maupun kerbau di Indonesia, baik melalui Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB)juga dilakukan melalui penambahan sapi indukan impor dan pengembangan sapi ras baru Belgian Blue.

Sebagai tahun pertama pelaksanaan program, capaian kinerja program UPSUS SIWAB tahun 2017 menurutnya sangat fantastis. Hal ini terlihat dari pelayanan Inseminasi Buatan/IB dari Januari 2017 hingga 13 April 2018 telah terealisasi sebanyak 5.143.398 ekor. Kebuntingan mencapai 2.334.794 ekor dengan kelahiran sebanyak 1.136.454 ekor atau setara Rp 7,9 triliun dengan asumsi harga setu pedet lepas sapih sebesar Rp 7 juta per ekor. Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program UPSUS Siwab pada 2017 sebesar Rp 1,1 triliun.

"Saya bangga dengan capaian kinerja peternakan karena Upsus Siwabnya berhasil, jika ini terus ditingkatkan akan tercapai swasembada protein hewani," ujar Amran.

Untuk pengembangan sapi Belgian Blue sendiri ditargetkan pada 2019 akan ada kelahiran 1.000 ekor. Pada 12 April 2018 telah lahir kembali sapi Belgian Blue hasil embrio transfer.

Selain itu, pengadaan indukan impor tahun 2018 direncanakan dialokasikan sebesar 15 ribu ekor yang akan didistribusikan pada daerah-daerah yang mempunyai komitken kuat dalam hal keberlanjutan pengembangan ternaknya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement