Kamis 12 Apr 2018 19:45 WIB

Bank Dunia Ingatkan Ruang Pelonggaran Moneter Kian Menipis

Diperkirakan, The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali lagi tahun ini.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Andi Nur Aminah
Sudhir Shetty, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik
Foto: Daijiworld
Sudhir Shetty, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Bank Dunia dalam laporan terbarunya World Bank East Asia dan Pacific Economic Update edisi April 2018: Enhancing Potential menyebutkan negara-negara kawasan perlu mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter dan melanjutkan penguatan peraturan makroprudensial.

"Ini sangat penting khususnya bagi negara-negara dengan tingkat utang yang tinggi atau pertumbuhan kredit yang cepat bisa memperburuk kerentanan sektor keuangan mereka saat suku bunga di negara maju dinaikkan," kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (12/4).

(Baca: Bank Dunia Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi RI 5,3 Persen)

Pada Maret 2018, Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga jangka pendek 25 basis poin. Diperkirakan, The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali lagi tahun ini.

Kendati The Fed menaikkan suku bunganya, Bank Indonesia sendiri masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate di level 4,25 persen. "Saat ini, negara-negara kawasan kelihatannya siap untuk menaikkan suku bunga acuannya. Ruang untuk pelonggaran moneter tampaknya sudah tidak ada lagi," ujar Sudhir.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan tetap kuat dan mencapai 6,3 persen pada 2018. Prospek dalam pemulihan global yang luas serta permintaan domestik yang kuat mendukung proyeksi positif ini. Namun, risiko yang muncul terhadap stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan membutuhkan perhatian yang serius.

Dengan prospek yang menguntungkan, pembuat kebijakan di kawasan disarankan untuk mengenali dan mengatasi tantangan yang muncul seperti menghadapi risiko jangka pendek terkait kenaikan suku bunga negara maju yang naik lebih cepat dari perkiraan serta kemungkinan adanya eskalasi ketegangan perdagangan akan membutuhkan kebijakan moneter yang lebih ketat dan penyangga fiskal yang lebih besar.

"Para pembuat kebijakan perlu memberi fokus pada penanganan risiko terhadap stabilitas ekonomi sambil mengambil langkah untuk meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang," kata Victoria Kwakwa, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement