Selasa 10 Apr 2018 18:28 WIB

Gojek Sumbang Ekonomi Nasional, Berapa Pendapatan Pengemudi?

Gojek berkontribusi hingga Rp 8,2 triliun per tahun untuk ekonomi nasional.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
Salah satu layanan transportasi berbasis aplikasi daring, Gojek, melaju di jalanan ibu kota.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Salah satu layanan transportasi berbasis aplikasi daring, Gojek, melaju di jalanan ibu kota.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Layanan ojek daring yang ditawarkan Gojek dinilai mampu berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Pendapatan pengemudi Gojek juga naik, tetapi memiliki tantangan yang besar.

Peneliti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Paksi Walandouw bersama timnya melakukan riset pada Oktober-Desember 2017 dengan bekerja sama dengan Gojek. Riset dilakukan pada sembilan kota besar, beberapa diantaranta Jabodetabek, Yogyakarta, Makassar, Denpasar, Bandung, dan lainnya.

Paksi mengatakan riset dilakukan hanya terhadap layanan ojek daring yang ada di Gojek. "Ternyata dari layanan Go Ride (ojek daring)-nya saja bisa berkontribusi Rp 8,2 triliun per tahun untuk perekonomian nasional," kata Paksi dalam diskusi yang dilakukan Perkumpulan Prakarsa di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (10/4).

Kontribusi itu, kata Paksi, didapatkan melalui penghasilan mitra pengemudi. Pendapatan pengemudi ojek daring Gojek juga mampu meningkat 44 persen setelah bergabung dengan Gojek. Meskipun begitu, pengeluaran pengemudi ojek daring Gojek juga meningkat 31 persen setelah bergabung dengan Gojek.

Selain itu, rata-rata penghasilan pengemudi ojek daring memang lebih tinggi jika dibandingkan upah minimum yang ada di kabupaten atau kota (UMK). Dari riset yang dilakukan, penghasilan mitra pengemudi per bulan bisa Rp 3,31 juta. Sementara rata-rata UMK Rp 2,80 juta per bulan.

Meskipun angka tersebut memperlihatkan adanya kenaikan pendapatan tetapi Paksi menilai tantangan yang dimiliki para pengemudinya cukup berat. "Ini kan ada yang paruh waktu dan ada juga yang full time. Tapi kan tidak semua memiliki tanggungan finansial yang sama, ada yang banyak ada juga yang nggak," tutur Paksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement