Senin 02 Apr 2018 17:27 WIB

Bawang dan Pertalite Kerek Inflasi Jatim

Pasokan bawang putih belum bisa mengimbangi permintaan pasar.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Teguh Firmansyah
Pengendara motor mengisi kendaraannya dengan BBM jenis Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (26/3). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM jenis Pertalite sebesar Rp150 dan Rp200 per liter tergantung daerah sejak Sabtu 24 Maret 2018 yang didasari adanya kenaikan harga minyak dunia.
Foto: Sigid Kurniawan/Antara
Pengendara motor mengisi kendaraannya dengan BBM jenis Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (26/3). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM jenis Pertalite sebesar Rp150 dan Rp200 per liter tergantung daerah sejak Sabtu 24 Maret 2018 yang didasari adanya kenaikan harga minyak dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika (BPS) Jawa Timur mengungkapkan, pada Maret 2018 Jatim mengalami inflasi sebesar 0,06 persen. Inflasi Maret 2018 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Saat itu Jatim mengalami deflasi sebesar 0,09 persen.

Kepala BPS Jawa Timur Teguh Pramono mengungkapkan, tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi Jatim padaMaret 2018 ialah bawang putih, bensin, dan bawang merah. Menurutnya, pasokan bawang putih yang masih belum dapat mengimbangi banyaknya permintaan di pasaran membuat harga bawang putih mengalami kenaikan.

"Minimnya realisasi impor bawang putih yang dilakukan pemerintah juga belum mampu menekan harga di pasar," ujar Teguh di kantornya, Jalan Raya Kendangsari Industri Nomor 43-44, Surabaya, Senin (2/4).

Selain itu, lanjut Teguh, komoditas lain yang juga turut menyumbang inflasi Jatim pada Maret 2018 adalah kenaikan harga komoditas bensin. Terhitung mulai 24 Maret 2018 pemerintah secara resmi menaikkan harga bahan bakar minyak non subsidi jenis pertalite sebesar Rp 200 per liter.

"Selain bawang putih, bawang merah juga mengalami kenaikan harga akibat cuaca buruk yang mengakibatkan terjadinya gagal panen di beberapa daerah sentra bawang merah," kata Teguh.

 

Baca juga, Cabai Merah dan Bensin Kerek Inflasi Maret 2018.

 

Selain tiga komoditas utama, kata Teguh, komoditas lain yang juga mendorong terjadinya inflasi Jatim pada Maret 2018 ialah cabai rawit, cabai merah, tongkol, dan pindang. Kemudian  ada juga emas perhiasan, nangka muda, kontrak rumah, dan pepaya.

Teguh menambahkan, selain komoditas-komoditas pendorong laju inflasi tersebut, beberapa komoditas justru menjadi penghambat terjadinya inflasi Jatim pada Maret 2018. Tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya inflasi ialah beras, telur ayam ras, dan wortel.

Harga beras di pasar pada Maret 2018 berangsur-angsur mengalami penurunan. Hal ini disebabkan telah masuknya beras hasil panen di beberapa daerah penghasil beras. Begitu pun harga telur ayam ras dan wortel terpantau turun sejak Februari 2018.

"Ini menyebabkan telur dan wortel memjadi dua komoditas utama yang menghambat inflasi selama dua bulan berturut-turut," kata Teguh. Sedangkan, komoditas lain yang menjadi penghambat inflasi ialah tomat sayur, kentang, kacang panjang, udang basah, jeruk, daging ayam ras, dan cumi-cumi.

Teguh melanjutkan, selama Maret 2018, enam kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi di Jatim. Inflasi tertinggi adalah kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,33 persen.

Kemudian, diikuti kelompok Sandang sebesar 0,27 persen, kelompok Kesehatan 0,14 persen, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 0,08 persen, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0,05 persen, dan kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 0,02. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 0,24 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement