Kamis 29 Mar 2018 03:51 WIB

Dukung Pertemuan IMF-World Bank, PLN Perkuat Kelistrikan

Karena diperkirakan Labuan Bajo akan jadi destinasi wisata para delegasi IMF.

Rep: Rakhmat Hadi Sucipto/ Red: Gita Amanda
General Manager PLN Wilayah NTT Christiyono (berkaca mata hitam) memantau sistem kelistrikan di Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Rabu (28/3). PLN memperkuat sistem kelistrikan di beberapa kawasan tersebut untuk mendukung acara internasional tahunan IMF-World Bank di Bali, Oktober mendatang.
Foto: Rakhmat Hadi Sucipto
General Manager PLN Wilayah NTT Christiyono (berkaca mata hitam) memantau sistem kelistrikan di Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Rabu (28/3). PLN memperkuat sistem kelistrikan di beberapa kawasan tersebut untuk mendukung acara internasional tahunan IMF-World Bank di Bali, Oktober mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- Menjelang pergelaran internasional IMF-World Bank Annual Meeting di Bali pada Oktober 2018, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus memperkuat sistem kelistrikan di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). PLN harus memperkuat sistem kelistrikan di Labuan Bajo karena diperkirakan akan menjadi destinasi utama pariwisata saat acara tersebut.

Labuan Bajo memiliki objek wisata andalan, yaitu Pulau Komodo. Destinasi ini bahkan satu dari tujuh keajaiban dunia. "Kami menyiapkan yang selama ini tertinggal rasio elektrifikasinya. Salah satunya kami siapkan transmisi Ruteng-Labuan Bajo dengan 226 tower sepanjang 70 kilometer," jelas Direktur PLN Regional Jawa Bagian Timur Bali Nusa Tenggara, Djoko Raharjo Abu Manan, Rabu (28/3) lalu.

Transmisi tersebut sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan. Apalagi, pemerintah telah mengarahkan destinasi wisata atau tempat beristirahat bagi para delegasi pertemuan internasional tersebut di Labuan Bajo.

Selain untuk meningkatkan keandalan listrik, jelas Djoko, kehadiran transmisi tersebut juga bakal meningkatkan rasio elektrifikasi wilayah NTT. Hingga kini rasio elektrifikasi wilayah ini masih rendah, hanya 60,1 persen. “Kita berharap sampai akhir 2019 ada kenaikan rasio elektrifikasi menjadi 80 persen,” kata Djoko.

Sampai saat ini tersisa dua tower lagi yang masih dalam pengerjaan dari total 226 tower. Seluruh tower harus rampung sebelum acara IMF-Bank Dunia tersebut berlangsung.

PLN bekerja keras dalam membangun transmisi bertegangan 150 kilovolt (KV) tersebut. Ada beberapa pihak yang akomodatif dan gampang diajak kerja sama. Akan tetapi, ada juga yang sulit. Salah satu kendala juga muncul dari seorang pengusaha asal Malaysia. Namun, pihak PLN tidak mau memberikan informasi detail pengusaha bersangkutan.

"Lahannya milik pengusaha Malaysia. Akhirnya, kami titip ke pengadilan sesuai UU No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum,” tutur Djoko.

General Manager PLN Wilayah NTT Christiyono mencatat Labuan Bajo dan Atambua menjadi wilayah yang mampu menunjukkan pertumbuhan listrik paling pesat. Labuan Bajo bisa tumbuh pesat karena kemajuan sektor wisatanya. Hotel-hotel baru pun bermunculan di Labuan Bajo. Di Atambua tumbuhnya karena daerah perbatasan. “Kita itu jadi pusat perdagangan Indonesia-Timor Leste," jelas Djoko.

Menurut Djoko, pertumbuhan listrik secara nasional mencapai 3,5 persen. Tetapi, di dua daerah itu lebih tinggi, bisa mencapai 7-8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement