Rabu 28 Mar 2018 20:29 WIB

Driver Ojek Daring Kesal tidak Diajak Rapat di KSP

Mereka telah berkumpul namun tak ikut rapat antara pemerintah dan operator.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Budi Raharjo
 Ratusan pengemudi ojek online (Ojol) melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (27/3).
Foto: Republika/Wihdan
Ratusan pengemudi ojek online (Ojol) melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (27/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perwakilan pengendara ojek daring kesal karena mereka tidak diajak dalam pertemuan dengan operator angkutan umum berbasis online bersama dengan perwakilan pemerintah di kantor staf kepresidenan (KSP). Kepala Solidaritas Driver Gojek Andreanes mengatakan, sebelumnya saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pengendara ojek daring dijanjikan untuk ikut serta dalam pertemuan antara pemerintah bersama perusahaan operator.

Mendapat kesempatan tersebut beberapa perwakilan dari perkumpulan pengendara ojek daring kemudian berkumpul hari ini di Istana Negara guna mengikuti audiensi. Sayang, hingga pertemuan ini berakhir perwakilan dari pemerintah tidak memberikan kabar sedikit pun mengenai waktu pertemuan tersebut.

"Nggak tahunya, nggak terjadi apa-apa sampai akhirnya mengadakan rapat sendiri. Ada apa dengan Menhub dan tiga aplikator. Kita dari pukul 14.30 WIB di sini hujan-hujanan kayak dipermainkan bahwa ada rapat di dalam. Kami nggak diundang sama sekali ke sini, padahal kedatangan kami dalam rangka panggilan atas perintah presiden," ujar Andreanes, Rabu (28/3).

Andreanes menuturkan, tadi dia sempat menanyakan kepada petugas mengenai rapat di KSP dengan operator angkutan online, tapi diberitahukan bahwa rapat dengan aplikator tidak ada dan yang ada hanya rapat menteri saja. Padahal yang terjadi sebenarnya dalam pertemuan tersebut juga ada perwakilan operator aplikasi.

"Kita bukan tim hore yang cuman buat ini saja. Kita tidak akan setuju dengan tarif (yang dibahas). Kan yang tahu tarifnya ini driver," ujarnya.

Ketua DPP Perkumpulan Pengemudi Transportasi Jasa Daring Indonesia, Badai menjelaskan bahwa mereka tidak menerima mengenai usulan agar tarif untuk pengemudi akan naik mencapai Rp 2.000 dari kisaran Rp 1.500-1.600 per kilometer (km). Mereka tetap meminta agar pengedara ojek daring kebagian jatah mencapai Rp 3.500-4.000 per km.

"Kenapa begitu, karena Rp 4.000 ini pernah dlakukan oleh Gojek. Ternyata ada operator yang menurunkan tarif barulah perang tarif dimulai sampai ketingkat yang paling rendah. Uber paling menyedihkan," ujarnya.

Dia pun meminta KSP bisa bersikap lebih baik dan mengajak jika ada pertemuan dengan operator. Karena akan percuma ketika pertemuan tersebut tidak mendatangkan para driver yang merasakan betul sistem yang dijalankan para operator.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement