REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga keamanan siber Communication and Information System Security Research Center (Cissrec) menyatakan kejahatan skimming pada ATM yang terjadi belakangan ini sudah diprediksi. Chairman Cissrec Pratama Persadha mengatakan, Indonesia disasar karena secara umum, pengamanan fisik ATM di Tanah Air masih sangat minim.
"Belum lagi wilayah dan sebaran ATM yang sangat luas," ujarnya melalui website Cissrec yang dilansir Republika.co.id, Selasa, (27/3).
Menurutnya, mesin ATM di Indonesia perlu dikritisi. Hal itu karena sebagian besar masih memakai sistem operasi Windows XP yang sejak 2014 sama sekali tidak mendapatkan dukungan keamanan dari Microsoft. Ia menambahkan, edukasi pada setiap mesin ATM harus lengkap, terutama terkait alat skimming.
"Skimmer biasanya ditaruh di atas keyboard atau mulut kartu di mesin ATM. Masyarakat tinggal dipahamkan lewat poster yang besar di setiap ATM. Petugas keamanan pun harus dibekali kemampuan menjelaskan kepada masyarakat tentang praktik skimming," kata dia.
Kondisi perbankan di Tanah Air, kata dia, dari sisi teknologi keamanan masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah. Buktinya, tidak ada satu pun perbankan nasional yang masuk 10 bank paling aman di Asia versi Global Magazine. Sebagian besar yang masuk terbaik dari Cina, Hong Kong, Korea Selatan, dan Singapura.
Salah satu aspek yang diperhitungkan, menurutanya yakni faktor keamanan siber pada sistem, juga keamanan ATM pada setiap perbankan. "Pemerintah dan DPR perlu menekan perbankan Tanah Air agar membangun sistem yang kuat untuk meminimalisasi terjadinya penarikan uang besar-besaran karena ketidakpercayaan pada keamanan sistem di perbankan," tutur Pratama.