Rabu 28 Mar 2018 06:20 WIB

Pundi Rupiah Mengalir dari Alat Musik Gesek dan Petik

Kerajinan alat musik ini dibuat oleh Joko Kuncoro.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Andi Nur Aminah
Joko Kuncoro, pengrajin biola dari Kulon Progo, Yogyakarta
Foto: Neni Ridarineni/Republika
Joko Kuncoro, pengrajin biola dari Kulon Progo, Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID,  Sekumpulan kerajinan alat musik gesek dan petik seperti biola, rebab, gitar, alat musik uruguay, alat musik tradisional dari Rusia (balalaika, Red), dan lain-lain diproduksi di sebuah rumah yang ada dusun Dusun Jetis, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Kerajinan alat musik ini dibuat oleh Joko Kuncoro.

Menurut sang pengrajin dan pembuat alat musik tersebut, dia awalnya membuat biola sejak 13 tahun yang lalu. Sebelumnya dia membuat kerajinan kayu yang dikirim ke Bali. Namun saat peristiwa bom bali, pasaran kerajinanya menjadi sepi.

Kemudian ia mulai mencoba untuk membuat alat musik. "Kebetulan di daerah sini ada komunitas keroncong dan mau membeli biola harganya mahal. Lalu saya mencoba membuatnya secara otodidak," kata Japrak (panggilan akrab Joko Kuncoro).

Japrak juga digunakan sebagai nama produk alat musiknya.

 

photo
Joko Kuncoro, sang pengrajin biola

Para pembeli mengetahui informasi produksinya itu dari mulut ke mulut. Japrak juga sudah punya banyak kenalan para importir saat sudah mulai membuat kerajinan dari kayu. Produknya pun semakin berkembang dan kebanyakan merupakan pesanan. "Harganya bervariasi tergantung jenis alat musik maupun bahan yang dibuat. Untuk biola harganya paling murah Rp 800 ribu hingga jutaan rupiah. Bahkan ada yang mencapai Rp 5 juta, karena ada yang minta diisi dengan emas," jelasnya.

Bahan yang digunakan untuk berbagai alat musik tersebut antara lain dari kayu sonokeling, jati lanang, dan lain-lain. "Saya juga menanam pohon tersebut di sekitar sini," kata Japrak.

 

photo
Joko Kuncoro, pengrajin biola

Para pembelinya mayoritas berasal dari luar negeri seperti Italia, Rusia, Jepang, Ukraina, Belanda. Ia mengaku kendalanya adalah untuk tenaga yang berminat membuat alat musik sangat minim. "'Setelah diajari membuat alat

musik, kebanyakan beralih ke kerajinan topeng," ungkapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement