Senin 26 Mar 2018 15:58 WIB

Pelemahan Rupiah Dinilai Bisa Berdampak Positif untuk APBN

Nilai tukar rupiah sudah melewati asumsi APBN 2018.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Petugas menghitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (14/3).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Petugas menghitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (14/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak selamanya berdampak negatif. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menilai, depresiasi rupiah justru bisa berdampak positif pada APBN 2018. Meski begitu, ia tetap berharap rupiah bisa kembali normal untuk mendukung perekonomian secara keseluruhan.

"Depresiasi rupiah itu efeknya bisa positif ke APBN tapi kan kita harus melihat secara utuh ke ekonomi. Kita mau ekonomi tetap stabil dan mudah-mudahan ini bisa tetap terkendali," ujar Askolani di Jakarta, Senin (26/3).

Askolani mengaku pemerintah masih terus memantau pelemahan rupiah. Ia menjelaskan, pemerintah telah memiliki perhitungan terkait dengan kurs. "Pelemahan ini kan belum tahu periodenya berapa lama, bisa mingguan dan bulanan. Tapi kami hitung APBN itu kan setahun. Jadi jangan melihat fluktuasi itu secara mingguan atau bulanan," ujar Askolani.

Askolani menjelaskan, pelemahan rupiah bisa menambah sisi pendapatan yang punya dampak valuta asing (valas) seperti penerimaan dari sektor minyak dan gas. Dari sisi belanja, akan terjadi peningkatan dari subsidi energi dan juga bunga utang.

Meski begitu, secara keseluruhan hal itu bisa mengurangi defisit ke APBN. "Dampaknya jadi malah bisa mengurangi defisit ke APBN. Tapi kita juga melihat ekonomi secara utuh," ujarnya.

Nilai tukar rupiah telah melewati asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2018 yakni pada level Rp 13.400 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah tercatat melemah sebesar 1,65 persen sepanjang Februari 2018. Bank Indonesia mengamati, nilai tukar Rupiah melemah pada Februari 2018 sejalan dengan pergerakan mata uang kawasan yang terutama disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Pada Februari 2018, secara rata-rata harian rupiah melemah sebesar 1,65 persen menjadi Rp 13.603 per dolar AS. Pernyataan Fed Chairman yang lebih hawkish mendorong ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga FFR (Fed Fund Rate) yang lebih cepat dan lebih tinggi," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman di Jakarta, Kamis (22/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement