Selasa 20 Mar 2018 17:28 WIB

Kementan Dorong Ekspor Jagung ke Filipina

Kebutuhan jagung di Filipina mencapai 1 juta ton per tahun.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Pertanian Amran Sulaiman resmikan ekspor jagung produksi Gorontalo ke Filipina, Rabu, (14/2).
Foto: dok. Humas Kementan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman resmikan ekspor jagung produksi Gorontalo ke Filipina, Rabu, (14/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA -- Sebanyak 30 juta ton jagung dari Kabupaten Sumbawa, NTB) akan diekspor ke Filipina tahun ini. Namun, ada negara lain yang berpotensi menjadi pasar global bagi produksi jagung Sumbawa.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi mengatakan, selain Filipina, Malaysia juga memiliki pangsa pasar potensial untuk ekspor jagung. Kebutuhan jagung di Filipina dalam setahun sebesar 1 juta ton,  sedangkan kebutuhan di Malaysia mencapai 3 juta ton dalam setahun.

"Peluang inilah yang harus kita ambil agar petani sebagai produsen jagung mendapat keuntungan dari usaha taninya," ujarnya dalam acara pengiriman pertama ekspor jagung ke Filipina, Selasa (20/3).

Pada pengiriman pertama ini, Sumbawa melepas 11.500 ton yang disaksikan langsung Gubernur NTB TGH M. Zainul Majdi. Dalam kesempatan tersebut Agung menegaskan jika NTB adalah provinsi ketiga yang melakukan ekspor jagung tahun ini.

Sebelumnya ekspor dilakukan dari Provinsi Gorontalo sebanyak 57.650 ton dari target 100 ribu ton pada pertengahan Februari. Ekspor jagung kemudian dilakukan Provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 60 ribu ton dari target 100 ribu ton pada awal Maret.

Ia menjelaskan, berdasarkan Angka Ramalan (Aram) II (BPS, 2017) produksi jagung tahun 2017 sebanyak 27,95 juta ton atau meningkat 18,53 persen dibanding tahun 2016 sebesar 23,58 juta ton. Pada 2018 diperkirakan produksi jagung nasional sebesar 30 juta ton sesuai dengan sasaran Kementan, atau naik 7,34 persen.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2014-2018), diperkirakan produksi jagung nasional tumbuh rata-rata 12,32 persen per tahun, capaian yang sangat tinggi disaat produksi pangan lain juga meningkat.

 

Pertumbuhan produksi jagung juga diikuti dengan peningkatan pertumbuhan luas panen sejak 2014-2018 sekitar 11,13 persen per tahun, serta pertumbuhan produktivitas 1,57 persen per tahun.

Sasaran produksi tahun 2018 sekitar 30 juta ton, dan perkiraan kebutuhan 20,23 juta ton, maka terdapat surplus 9,77 juta ton. Komponen kebutuhan pakan masih menjadi porsi terbesar dalam kebutuhan jagung nasional. Sekitar 50-55 persen produksi jagung terhadap bahan baku pakan ternak.

Sebanyak 10 provinsi sentra produksi jagung nasional, menguasai sekitar 85 persen produksi nasional. Provinsi NTB sebagai salah satu sentra produksi (kelima nasional) berkontribusi dalam penyediaan jagung sebesar 7 persen.

Diperkirakan produksi jagung NTB dalam triwulan I (Jan-April) 2018 yakni 195.018 ton (Januari), 187.255 ton (Februari), 262.530 ton (Maret) dan 385.152 ton (April). Produksi tersebut terhampar dari luasan panen selama Januari-April 2018 yaitu 37.576 hektare (Januari), 36.080 hektare (Februari), 50.584 hektare (Maret) dan 74.210 hektare (April).

Untuk membantu petani memperoleh hasil yang layak, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan harga Acuan Penjualan di Konsumen.

Dalam Permendag ini harga jagung di tingkat petani dibedakan berdasarkan kadar air yakni, kadar air 15 persen seharga Rp 3.150 per kg; kadar air 20 persen seharga Rp 3.050 per kg, kadar air 25 persen seharga Rp 2.850 per kg, kadar air 30 persen seharga Rp 2.750 per kg dan kadar air 35 persen seharga Rp 2.500 per kg. Sedangkan harga acuan jagung di tingkat konsumen Rp 4.000 per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement