REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA -- Nusa Tenggara Barat (NTB) menargetkan akan mengekspor 300 ribu ton jagung tahun ini. Hal tersebut karena produksi jagung NTB yang melimpah.
"Insyaallah, seluruh NTB 300 ribu ton untuk diekspor," ujar Gubernur NTB Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi saat ditemui di Pelabuhan Besar Badas, Sumbawa, NTB, Selasa (20/3). Ekspor jagung perdana tahun ini dilakukan oleh Kabupaten Sumbawa sebesar 11.500 ton ke Filipina. Angka tersebut merupakan pengiriman pertama yang dilepas langsung Gubernur yang akrab disapa TGB ini.
Ia mengatakan, total ekspor tahun ini khusus Sumbawa ke Filipina mencapai 30 ribu ton jagung. Tahun ini produksi jagung di NTB meningkat satu juta ton dibanding tahun sebelumnya.
Gubernur NTB TGH M. Zainul Majdi (tengah) bersama Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi dan Bupati Sumbawa Husni Djibril melepas pengiriman pertama 11.500 ton jagung ke Filipina melalui Pelabuhan Besar Badas, Sumbawa, NTB, Selasa (20/3).
Untuk diketahui, produksi jagung pada 2016 sebesar 1,1 juta ton dan pada 2017 lalu mencapai 2,127 juta ton. "Ada peningkatan sekitar satu juta ton lebih," katanya.
Sektor usaha jagung di NTB diakui TGB memiliki prospek yang semakin cerah. Untuk Sumbawa, menurutnya, perlu fokus dalam mengembangkan sektor pertanian karena adanya keterbatasan sumber daya.
Berdasarkan kultur yang ada di Sumbawa, petaninya memiliki kemampuan dalam menanam jagung. Potensi lahan yang ada turut mendukung Sumbawa menjadi sentra produksi jagung. Ditambah, ia melanjutkan, posisi geografis Sumbawa yang secara logistik memudahkan perpindahan antar pulau dan antar negara.
"Ini keunggulan Sumbawa dan menjadikan jagung sebagai prioritas," ujar dia.
Namun, perlu kerja sama lebih lanjut dalam menjaga kesejahteraan petani jagung. Ia menambahkan, petani sudah diminta menanam dan kini adalah tugas pihaknya dalam memastikan adanya keuntungan besar bagi para petani.
Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah memangkas biaya produksi, memastikan kelancaran distribusi pupuk, menjaga rantai produksi dan meminta pihak swasta, BUMN maupun BUMN memberi harga yang baik bagi petani jagung. "Tidak boleh seperti HPP. (HPP) Itu darurat," tegas dia.
TGB meminta agar harga jagung di tingkat petani berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp3.200 per kilogram (kg).