REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera melakukan audit terhadap sistem perbankan di Indonesia. Hal itu disampaikannya menyusul laporan dana hilang di rekening nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI). "Kasus serupa sering terjadi, menunjukkan sistem teknologi informasi perbankan di Indonesia masih lemah," kata Tulus dihubungi di Jakarta, Kamis (14/3).
Menurut Tulus, sistem teknologi informasi perbankan yang lemah akan sangat berbahaya bagi perlindungan konsumen dan industri perbankan sendiri. Konsumen akan dirugikan bila dana di rekeningnya hilang, sedangkan industri perbankan akan kehilangan kepercayaan nasabah.
Terkait dengan dana nasabah BRI yang hilang di rekeningnya, Tulus mengatakan pihak bank harus mengganti seluruh dana yang hilang itu, bila nasabah memang memiliki alibi tidak melakukan transaksi perbankan. "BRI harus melakukan investigasi atas kejadian tersebut dan menjamin sistem teknologi informasinya tidak mudah dibobol sehingga tidak akan memakan korban lain," tuturnya.
Sebelumnya, dana belasan nasabah BRI Unit Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, hilang dari rekeningnya secara misterius. Dana yang hilang bervariasi antara Rp 500 ribu, Rp 4 juta hingga Rp 10 juta.
Kepala Cabang BRI Kediri Dadi Kusnadi mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait dengan saldo nasabah yang berkurang secara misterius. Namun, ia mengakui adanya aduan terkait dengan uang nasabah yang hilang. "Kami tidak tahu tiba-tiba uang nasabah hilang begitu saja. Jadi, kami lapor ke pusat. Dugaan sementara, ini adalah skimming, yaitu penyadapan data nasbaah, sehingga saat transaksi PIN nasabah bocor," katanya.