Rabu 14 Mar 2018 19:07 WIB

Pertamina Prediksi Subsidi Elpiji Membengkak

Hal ini disebabkan kebutuhan elpiji meningkat menjadi 6,7 juta metrik ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Pekerja menata tabung gas elpiji 3 Kg di salah satu agen gas elpiji (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja menata tabung gas elpiji 3 Kg di salah satu agen gas elpiji (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memprediksi subsidi elpiji akan bertambah dan membengkak pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 ini. Hal ini disebabkan kebutuhan elpiji meningkat menjadi 6,7 juta metrik ton.

Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Muchamad Iskandar menjelaskan Pertamina memperkirakan akan meminta tambahan subsidi sebab pada APBN 2018 disebutkan kuota subsidi hanya sebesar 6,45 juta metrik ton. "Kami memperkirakan kebutuhan elpiji di 2018 akan meningkat. Maka ini akan ada over kuota," ujar Iskandar di Komplek Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Rabu (14/3).

Ia menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan penambahan kuota dan subsidi ini. Iskandar menjelaskan hingga saat ini Pertamina belum melaksanakan program subsidi tertutup. Padahal, skema ini dinilai bisa menekan pemakaian subsidi tiga kilogram. Apalagi bagi pihak yang tidak berhak menerima.

Iskandar menjelaskan, 2017, volume elpiji subsidi juga meningkat 1,7 persen atau mencapai 6,3 juta metrik ton. Artinya, Pertamina terpaksa menambah pasokan 120 ribu metrik ton untuk memenuhi kebutuhan pasar.

"Ini karena pagu kuota elpiji tiga kilogaram di APBN-P 2017 hanya dipatok 6,199 juta metrik ton," ujarnya.

Namun, di satu sisi Iskandar mengatakan Pertamina tetap akan melakukan langkah untuk bisa mengantisipasi kelangkaan gas elpiji tiga kilogram ini. Sebab, Pertamina menyadari kebutuhan akan gas elpiji tiga kilogram ini memang erat kaitannya dengan Pemerintah.

"Ini sedang didiskusikan dengan Kementerian ESDM karena proyeksi kami naik terus," ujar Iskandar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement