Senin 05 Mar 2018 20:47 WIB

Inovasi Balitbangtan Dukung Kejayaan Sagu di Papua

Warga diharapkan mau mencoba berbagai produk olahan sagu.

Red: EH Ismail
Proses produksi sagu.
Foto: Humas Balitbangtan.
Proses produksi sagu.

Sagu adalah komoditas sumber karbohidrat potensial yang belum banyak dikembangkan di Indonesia. Padahal, lebih dari 50 persen pertanaman sagu ada di Indonesia, khususnya di bumi Papua.

Seiring berjalannya waktu, keberadaan sagu sebagai pangan pokok masyarakat Papua terus memudar dengan beralih ke beras ataupun terigu. Harga tepung sagu yang jauh di atas harga beras dan terigu, makin menyebabkan masyarakat Papua lebih senang mengkonsumsi beras atau mi instan.

Tergerak oleh hal tersebut, Kepala Balitbangtan Kementerian Pertanian, Dr Muhammad Syakir, meminta Balai Besar Pascapanen untuk menginisiasi pengembangan model bioindustri pangan lokal berbasis sagu di Papua. 

Selanjutnya, dalam pelaksanaannya, BB Pascapanen menggandeng Dinas Pertanian Provinsi Papua yang kebetulan juga punya program pemanfaatan pangan lokal untuk menyiapkan model bioindustri pangan lokal di Papua.  

Pada tahap awal 2016, model bioindustri pangan lokal difokuskan pada pembangunan dan perekayasaan unit produksi pati sagu. Adapun unit produksi yang disiapkan terdiri dari unit ekstraksi pati sagu yang terdiri dari peralatan pemarut sagu, alat ekstraksi sagu, bak pengendapan, alat penepung, pengayak dan mesin pengemas.    

Selanjutnya, pada 2017, model bioindusri pangan lokal ini disempurnakan lagi dengan penambahan mesin pengepres dan pengering. Selain itu, bioindustri ini juga dilengkapi dengan unit produksi beras dan mi sagu serta unit produksi gula cair sagu.

Untuk memanfaatkan limbah hasil ekstraksi, yaitu ampas sagu, juga dibuat unit produksi kemasan ramah lingkungan (biofoam).  Adapun kapasitas produksi  mencapai 2 ton per hari. Produk yang dihasilkan dari model bioindustri sagu ini, antara lain, pati sagu, mi dan berasan sagu, gula cair sagu, dan kemasan ramah lingkungan (biofoam).  

Saat ini, model bioindustri tersebut dalam tahap uji coba produksi dan pemasaran. Salah satu peneliti pengembangan model bioindustri pangan lokal berbasis sagu tersebut, Evi Savitri, mengaku sangat senang dengan upaya yang dilakukan Balitbangtan untuk membangkitkan kejayaan sagu di bumi Papua.  

Dia mengatakab, sebagai orang Bugis yang lahir di Papua, masa kecilnya lekat dengan sagu. Dia pun masih teringat nikmatnya makan papeda atau kapurung sepulang sekolah.  

Evi berharap, dengan adanya berbagai produk olahan sagu, maka generasi muda, khususnya di Papua maupun Indonesia, bisa merasakan nikmatnya makan sagu tentunya dengan versi dan cita rasa yang sesuai selera anak jaman now.

Penanggung jawab kegiatan diversifikasi pangan berbasis sagu, Endang Purwani, menyampaikan, untuk 2018, kegiatan akan banyak ke promosi dan sosialisasi produk olahan sagu ke masyarakat Papua. Kegiatan akan dimulai dari anak sekolah dan ibu rumah tangga serta akan dicoba untuk melakukan intervensi pola konsumsi pada masyarakat sekitar Danau Sentani.

“Warga diharapkan mau mencoba berbagai produk olahan sagu,” kata Endang. (ESI/Balitbangtan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement