Senin 05 Mar 2018 18:01 WIB

Perbankan Syariah Didorong Melihat Sektor Profitable

Perbankan syariah diminta tetap berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan di sektor r

Rep: Binti Sholikah/ Red: Andi Nur Aminah
Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Syariah IPB Irfan Syauqi Beik
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Syariah IPB Irfan Syauqi Beik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah diminta untuk berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan tahun ini. Penyaluran pembiayaan diarahkan kepada sektor yang menghasilkan profit atau profitable.

Direktur Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah Institut Pertanian Bogor (IPB), Irfan Syauqi Beik, mengatakan, prediksi pemerintah asumsi pertumbuhan ekonomi tahun ini masih di kisaran lima persen. Sedangkan tiga tahun terakhir pertumbuhan ekonomi stagnan di kisaran lima persen. "Ini menjadi tantangnan sendiri buat keuangan syariah," kata Irfan saat dihubungi Republika.co.id, akhir pekan lalu.

Pada 2015, kinerja perbankan syariah tumbuh 8,8 persen. Kemudian 2016 naik menjadi 20,3 persen dan 2017 tumbuh sebesar 18,9 persen. Meski tumbuh positif, namun perbankan syariah diminta tetap berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan di sektor riil. "Harus melihat sektor-sektor yang profitable dan terkena dampak paling sedikit dari politik. Jangan masuk sektor-sektor yang secara politik bermasalah," ujarnya.

Sektor-sektor yang bisa dimasuki antara lain, properti serta pertambangan yang sudah menunjukkan perbaikan (recovery). Di samping itu, perbankan syariah juga harus memperkuat perekonomian masyarakat dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sektor tersebut perlu mendapatkan pripotitas, karena selama ini penyaluran bank syariah ke UMKM scukup tinggi, sekitar 30 persen. "Sektor ekonomi yang punya daya tahan itu UMKM, karena size-nya kecil. Sehingga perbankan syariah harus bisa melakukan analisis baik jangan sampai salah dalam melakulan penyaluran pembiayaan," imbuhnya.

Irfan berharap perbankan syariah agar tidak terlalu progresif pada 2018. Perbankan syariah diminta fokus pada sektor-sektor bisnis yang punya kapasitas dan kemampuan, serta sudah kenal dengan bisnis di sektor tersebut. Misalnya, biasanya konsen di properti diminta tetap fokus di sektor tersebut. Contoh lainnya, BTPN yang fokus pada UMKM diminta fokus di sektor itu. Sebab, bank tersebut sudah mengenali dan punya SDM yang fokus.

Di sisi lain, tahun ini akan ada dua bank syariah yang naik ke BUKU III (Bank Umum Kategori Usaha) dan rencana konversi Bank Pembangunan Daerah Provinsi NTB. Hal itu menjadi sinyal bagus untuk perbankan syariah tahun ini.

Selain itu, Irfan berharap dari sisi regulasi muncul dukungan dari pemerintah terutama dari Komite Nasional Keuanhan Syariah (KNKS) segera didorong untuk berfungsi dan beroperasi. Selama ini, lanjutnya, KNKS belum beroprasi karena dewan pengarah belum rapat. Selanjutnya, KNKS bisa mengoptimalkan diri untuk memanajemen keuangan syariah agar lebih berkembang. "Dengan sinyal-sinyal yang ada, saya yakin bank syariah asetnya bisa tembus enam persen dari sebelumnya 5,4 persen," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement