Rabu 28 Feb 2018 15:16 WIB

Ajinomoto Dukung Edukasi Seminar Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan jika penggunaannya tepat bisa mendatangkan manfaat.

Edukasi Seminar Bahan Tambahan Pangan (BTP) di Aceh, Bali dan Medan.
Foto: Ajinomoto
Edukasi Seminar Bahan Tambahan Pangan (BTP) di Aceh, Bali dan Medan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan yang lazim digunakan dalam industri pangan. BTP ibarat pisau bermata dua. Jika digunakan dengan benar dan tepat dapat mendatangkan manfaat, sebaliknya jika penggunaannya kurang tepat bisa mendatangkan bahaya bagi konsumen dan kerugian bagi industri pangan.

Untuk itu edukasi mengenai penggunaan BTP dengan benar dan tepat ini menjadi penting. Agar masyarakat bisa mengkonsumsi produk pangan dengan lebih nyaman dan tenang.

Seminar edukasi diinisiasi oleh Poltekkes Gizi Jakarta bekerja sama dengan Poltekkes Gizi di Aceh, Bali dan Medan. Ajinomoto mendukung penuh seminar ini, sebagai sebuah perusahaan global dengan core business asam amino dan pioneer bagi bumbu MSG sumber rasa umami (gurih). Ajinomoto perlu terlibat dalam mengedukasi masyarakat khususnya kalangan terpelajar, seperti para ahli gizi dan mahasiswa gizi di Poltekkes Aceh, Medan dan Bali.

Seperti dalam siaran pers Ajinomoto, seminar ini disambut dengan antusias dan diikuti kurang lebih 1,039 orang di tiga daerah. Melibatkan pembicara ahli dan kompeten dari pakar gizi dari Jakarta, pejabat Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) daerah setempat dan juga dosen gizi dari Poltekkes setempat.

Dosen Gizi Poltekkes Aceh Rosi Novita, SP, M.Kes selaku  beliau melakukan survei terkait perilaku penggunaan MSG kepada masyarakat Aceh. Ada 90 orang (86 persennya wanita), yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, pegawai negeri, ibu rumah tangga dan wiraswasta.

“Sebanyak 30 persen mengetahui MSG sebagai penyedap rasa yang bermanfaat menambah nafsu makan dan mengurangi asupan garam” tutur Rosi.

Akan tetapi, sebagian besar responden tidak menyetujui penggunaan MSG pada masakan, dikarenakan berbagai alasan kesehatan. Profesor Ahmad Sulaeman sebagai pakar gizi dari IPB, menjelaskan secara rinci fakta-fakta ilmiah MSG.

“MSG atau micin atau vetsin merupakan BTP penguat rasa yang sudah diakui aman oleh badan kesehatan dunia (seperti JECFA, USFDA, FSANZ, dan lainnya) dan termasuk BPOM,” ungkap Profesor Ahmad.

Di Bali, seminar BTP mengangkat topik “Tinjauan Penggunaan MSG pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)”. Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Balai Besar POM Denpasar Dra Luh Putu Witariathi, Apt, mengatakan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) no 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), disebutkan ada 27 jenis BTP yang diijinkan penggunaannya oleh BPOM. Ada 19 bahan yang dilarang digunakan sebagai BTP, salah satunya formalin dan boraks.

Beliau juga menjelaskan mengenai penggunaan BTP dengan benar dan tepat.  Hal serupa diungkapkan Dr Marudut, MPS yang merupakan peer review pada direktorat standardisasi produk pangan dan keamanan pangan BPOM. Selain itu, beliau juga menjelaskan secara khusus mengenai MSG sebagai BTP penguat rasa yang diijinkan penggunaannya oleh BPOM.

“MSG dikategorikan sebagai BTP, sebagai tambahan dalam pangan untuk mencapai apa yang diinginkan yakni sebagai penegas rasa bukan ditambahkan berlebihan. Asupan harian MSG tidak dinyatakan (secukupnya) karena berdasarkan penelitiaan JECFA toksisitasnya sangat rendah dan tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan”, jelas Marudut yang menepis rumor MSG berdasarkan fakta ilmiah yang akurat.

Di Medan Kepala Balai Besar POM Medan Drs Yulius Sacramento Tarigan, Apt menjelaskan seminar BTP mengangkat topik “Menggunakan Bahan Tambahan Pangan dengan Benar dan Tepat di Industri dan IRTP”. Beliau menjelaskan BTP dengan batas asupan harian secukupnya, yaitu BTP harus digunakan sesedikit mungkin untuk menghasilkan karakteristik yang diinginkan.

“Penambahan BTP yang berlebihan justru menjadi tidak ekonomis dan menghasilkan rasa yang tidak enak” ungkap beliau.

Dr RIndit Pambayun selaku The President of Indonesian Association of Food Technologist (IAFT) menjelaskan secara rinci mengenai aspek gizi dan metabolisme serta keamanan MSG. MSG menurutnya, ditambahkan untuk memperkuat citarasa makanan dan penambahannya sebaiknya mengikuti pola gizi seimbang.

Selain itu, MSG yang dihasilkan dari proses fermentasi tebu sama seperti fermentasi tempe dari kacang kedelai. “Penambahan MSG menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang kaya cita rasa,” ungkap Dr Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM.

Di tiga seminar tersebut juga diselenggarakan tes rasa melalui dua sampel telur dadar. Sebagian besar peserta menyatakan bahwa sampel yang menggunakan garam plus MSG lebih enak, dan lebih disuka dibanding sampel yang hanya menggunakan garam saja.

Dari hasil kuisioner hampir 85 persen peserta seminar menyatakan bahwa MSG aman.

Harapannya, dengan seminar ini masyarakat pada umumnya mendapat informasi yang benar dan tidak percaya dengan mitos, isu serta berita hoax negatif tentang MSG.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement