Selasa 27 Feb 2018 23:45 WIB

Dirjen: Swasembada Bawang Putih Harus Didukung Anggaran

Ditjen Hortikultura berusaha keras untuk mencapai swasembada bawang putih.

Warga membeli bawang putih
Foto: Republika/Prayogi
Warga membeli bawang putih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sudjono mengatakan anggaran harus ditingkatkan untuk mencapai target swasembada bawang yang sudah ditetapkan pada 2019. Spudnik mengatakan, pihaknya berusaha keras untuk mencapai swasembada bawang putih tahun 2019.

"Anggaran kami hanya Rp1,3 triliun. Jumlah ini masih perlu ditambah untuk mencapai sasaran swasembada yang sudah ditetapkan," katanya ketika memaparkan kinerja sektor hortikultura 2015-2018.

Spudnik yang menjabat sebagai Dirjen Hortikultura pada 2015 dan mulai 28 Februari 2018 masuk masa pensiun itu mengatakan pihaknya berusaha keras untuk capai swasembada bawang putih tahun 2019.

"Dari kami menargetkan swasembada bawang putih tahun 2033, namun Pak Menteri menetapkan tahun 2019. Agar tercapai, kami dan semua jajaran hortikultura harus kerja keras," ujarnya.

Dirjen mengakui salah satu kendala yang dihadapi dalam pencapaian swasembada bawang putih tersebut yakni ketersediaan benih. Untuk itu, dia siap mendatangkan benih bawang putih dari Taiwan, karena berdasarkan penelitian lebih cocok dengan kondisi iklim di Indonesia.

Sementara harga bawang putih, bawang merah dan cabai telah mengalami kenaikan di sejumlah pasar di DKI Jakarta. Khairul, salah seorang penyalur bawang putih di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur mengatakan, kenaikan bawang putih sendiri sudah terjadi sepekan ini. 

Khairul menduga, ini disebabkan tidak dibukanya keran impor sejak awal 2018. Selama dua bulan terakhir, bawang putih hanya menghabiskan stok yang ada di dalam negeri. Ia menduga ada pemain yang menimbun stok bawang putih sejak Desember 2017 lalu.

"Kita hitung saja, dengan harga yang naik dan turun tidak jelas begini, kalau ambil untung Rp 10 ribu saja sekilo, dan kebutuhan bawang putih itu 400 ribu ton bawang putih, itu artinya ada uang Rp 4 triliun," ujarnya.

Ia mengatakan, harga bawang putih Kating di pasar induk  berkisar Rp 32 ribu hingga Rp 33 ribu per kilogram. Sedangkan bawang putih biasa seharga Rp 21 ribu hingga Rp 22 ribu per kilogram. Mahalnya bawang putih juga mengakibatkan konsumennya membeli dengan jumlah sedikit.

"Yang biasanya beli sekuintal sekarang cuma ambil 20 Kg, terus yang biasa beli 20 Kg, sekarang Cuma 10 Kg," ujarnya kepada wartawan.

Ia membenarkan bahwa peraturan Menteri Pertanian yang mewajibkan importer menanam lima persen dari total jumlah impornya sudah dijalankan. Namun demikian, dibutuhkan waktu untuk panen. Bahkan, biaya menanam bawang putih pun bisa lebih mahal daripada hasil panen.  Selain itu, tetap saja kebutuhan lebih tinggi dibandingkan pasokannya.

Ia melanjutkan, harga yang mahal dipastikan merugikan konsumen dan juga para pedagang. "Kita ini hampir sama dengan berjudi sekarang, semua tidak jelas. Kalau ambil banyak, takut besok harganya turun. Kalau ambil sedikit, takutnya besok harga naik. Ini seperti ayunan," keluhnya.

Yadi, pedagang bawah putih dan bawang merah di Pasar Santa, Selasa (27/2) mengutarakan senada. Sedangkan Kepala Pasar Santa, Jakarta, Ahmad Subhan menambahkan, untuk harga bawang putih Rp 40 ribu perkilogram dan bawang putih mengalami kenaikan Rp 5.000. Dari harga sebelumnya Rp 35 ribu.

"Kenaikan harga bawang putih sudah sejak seminggu lalu. Faktornya karena cuaca dan hujan. Namun permintaan konsumen tetap. Sebab, sudah banyak pelanggan yang juga memenuhi kebutuhannya dan memahami adanya kenaikan," ujar Yadi,

Sedangkan Kepala Pasar Tebet Barat, Untung menuturkan, untuk harga bawang putih Rp 40.000 perkilogram dan bawang merah Rp 35.000 perkilogramnya. Menurutnya, harga bawang putih dan merah tersebut masih normal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement