Rabu 21 Feb 2018 20:44 WIB

BI Ingatkan Dampak Kebijakan Ekonomi AS

Aliran dana masuk ke Indonesia bisa terpengaruh kebijakan ekonomi Amerika Serikat.

Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo, memberikan kuliah umum bertema Prospek Industri Keuangan Perbankan dan Tantangan Kesiapan Sumber Daya Manusia di dalam Menghadapi Ekonomi Digital, di Perbanas Institute, Jakarta, Rabu (21/2).
Foto: Republika/Binti Sholikah
Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo, memberikan kuliah umum bertema Prospek Industri Keuangan Perbankan dan Tantangan Kesiapan Sumber Daya Manusia di dalam Menghadapi Ekonomi Digital, di Perbanas Institute, Jakarta, Rabu (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menilai kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang akan menaikkan suku bunganya pada tahun ini akan cukup berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Gubernur BI Agus Martowardojo menilai hal itu memang tak bisa dihindari. 

Sebab, meskipun Indonesia sebagai negara mandiri, tetap saja akan terpengaruh oleh kondisi ekonomi global.

Dia mencontohkan saat Amerika Serikat berangsur mulai menaikkan suku bunga acuannya dari 0,25 persen pada 2009, naik 6 kali lipat menjadi kisaran 1,5 persen di tahun 2017.

“Nah ini kita antisipasi, kalau Amerika menaikkan tingkat bunga terus-menerus, maka capital outflow (aliran dana keluar) dari Indonesia akan kembali mengalir ke sana,” kata Agus saat memberikan kuliah umum di Perbanas Institute, Rabu (21/2).

Apalagi, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump pemerintah Amerika seringkali mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang membuat dunia kaget. Seperti kebijakan soal pajak korporasi dan industri yang berkurang drastis.

“Ini membuat pertanyaan, penerimaan negara yang berkurang akibat pajak bisa mencukupi pembiayaan fiskal negara? Sedangkan pengeluaran negara malah ditambah dalam segi infrastruktur dan militer,” ujarnya.

Hal ini membuat ekonomi dunia dalam ketidakpastian, bagaimana dampak kebijakan ekonomi Amerika. Karena, jika defisit fiskal di sana besar, maka akan dibiayai dengan utang yang membuat kecenderungan suku bungan makin meningkat dan menjadi ancaman untuk ekonomi dunia.

Namun menurut dia, Indonesia tak perlu khawatir karena fundamental ekonomi masih kuat, sehingga dapat menghadapi gejolak ekonomi dunia dengan baik. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir makro ekonomi juga terjaga dengan baik.

“Untuk itu saya berharap perbankan juga bisa ikut bersama-sama menjaga,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement