Rabu 21 Feb 2018 17:15 WIB

Bulog Banyumas Mulai Beli Beras Petani di Atas HPP

Pembelian beras di atas HPP hanya untuk kualitas premium.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Seorang petani di Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka memilih untuk panen dini, Rabu (14/2). Hal itu untuk menghindari harga gabah yang makin merosot.
Foto: Republika/lilis sri handayani
Seorang petani di Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka memilih untuk panen dini, Rabu (14/2). Hal itu untuk menghindari harga gabah yang makin merosot.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Bulog Banyumas mulai mempercepat penyerapan gabah petani dengan menerapkan harga fleksibelitas atau membeli di atas harga pembelian pemerintah (HPP).

''Sudah ada surat dari Bulog Pusat untuk melakukan pembelian gabah atau beras hasil panen petani dengan harga fleksibelitas,'' kata Kepala Bulog Sub Divre IV Banyumas, Sony Supriyadi, Rabu (21/2).

Berdasarkan surat tersebut, Bulog membeli hasil panen petani sebesar Rp 4.450 per kg untuk Gabah Kering Panen (GKP), Rp 5.450 per kg untuk Gabah Kering Giling (GKG) dan Rp 9.000 per kg untuk pembelian beras. ''Namun untuk beras yang dibeli dengan harga fleksibelitas, harus berkualitas premium,'' ujarnya.

Tingkat harga fleksibelitas ini, menurut Sony, lebih tinggi dari tingkat harga sesuai HPP yang diatur dalam Inpres No 5 tahun 2015. Dalam Inpres tersebut, HPP yang menjadi acuan Bulog melakukan pembelian gabah/beras hasil panen petani, hanya ditetapkan Rp 3.700 per kg untuk GKP, Rp 4.650 per kg untuk GKG, dan Rp 7.200 per kg untuk pembelian beras kualitas medium.

Namun dia menyebutkan, harga fleksibelitas ini hanya berlaku mulai pembelian 22 Februari 2018 hingga 28 Februari 2018. ''Setelah itu, mungkin akan dilakukan peninjauan kembali karena bisa saja harga gabah atau beras akan semakin turun seiring dengan makin banyaknya sawah yang panen,'' ujarnya.

Meski demikian Soni menyebutkan, penerapan harga fleksibelitas ini tidak hanya diterapkan pada proses pembelian langsung yang dilakukan Bulog terhadap para petani. Melainkan juga pembelian terhadap mitra kerja dan unit pengelolaan gabah beras (UPGB) yang melakukan kontrak dengan Bulog pada rentang tanggal 22-28 Februari. ''Dengan demikian, bila kontraknya masuk antara tanggal 22--28 Februari, maka sekali pun beras atau gabahnya masuk pada bulan depan, harganya akan tetap sesuai dengan kontrak,'' ujarnya.

Dia mengakui, dengan harga pembelian sesuai HPP, pihaknya cukup kesulitan untuk membeli beras/gabah hasil panen petani dalam skema PSO (Publik Service Obligation). Hal ini karena harga gabah dan beras di pasaran, masih jauh di atas HPP. ''Karena itu, sampai sekarang belum ada mitra kerja yang mau menjalin kerja sama pengadaan gabah/beras dengan kami,'' katanya.

Namun dengan diterapkannya harga fleksibelitas, dia optimistis sudah akan bisa melakukan penyerapan. ''Mudah-mudahan, ke depan kami sudah mulai bisa melakukan penyerapan beras. Dengan harga fleksibelitas yang sekarang, selisihnya sudah tidak terlalu banyak dengan harga di pasaran. Apalagi pada 2018 ini, Bulog Banyumas ditarget mampu menyerap gabah sebanyak 53 ribu ton setara beras,'' katanya.

Dia juga menyatakan, dalam melakukan penyerapan gabah/beras hasil panen petani, Primer Koperasi TNI Angkatan Darat di setiap Komando Distrik Militer (Kodim) akan dilibatkan sebagai mitra kerja Bulog. Namun dia menyebutkan, teknis pelaksanaannya masih dibahas di pusat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement