Jumat 16 Feb 2018 19:24 WIB

Indef: Pemerintah Perlu Waspadai Defisit Neraca Perdagangan

impor bahan baku dan barang modal menurun.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Nur Aini
Ekspor Impor (ilustrasi)
Foto: Republika
Ekspor Impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai, pemerintah harus lebih mencermati persoalan terkait dengan kinerja ekspor dan impor Indonesia. Pasalnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 mengalami defisit sebesar 676,9 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya.

"Kami berkali-kali memberikan warning betul mengenai neraca perdagangan. Kemarin (pada 2017) sempat surplus tapi itu kan tipis. Itu pun karena harga komoditas mengalami perbaikan," ujar Enny ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (16/2).

Enny mengaku, struktur impor Indonesia mengalami pergeseran signifikan. Ia mengatakan, impor bahan baku dan barang modal sepanjang 2017 memang masih mendominasi total impor. Akan tetapi, jika dilihat lebih rinci, barang modal tersebut merupakan mesin untuk percepatan pembangunan infrastruktur. Selain itu, bahan baku juga lebih didominasi baja dan semen yang merupakan kebutuhan pembangunan infrastruktur.

"Artinya bahan baku dan barang modal yang diimpor untuk industri itu sebenarnya pertumbuhannya menurun dan itu sudah mulai dikonfirmasi dengan penurunan utilitas sektor industri," ujar Enny.

Penurunan produksi dalam negeri berkaitan pula dengan tingkat permintaan. Enny menjelaskan, permintaan mulai beralih ke barang yang lebih murah yakni lewat impor barang konsumsi. Ia mengaku, saat ini beberapa barang konsumsi mendapatkan fasilitas bebas bea masuk. Menurut Enny, hal ini tak hanya menyebabkan potensi kehilangan penerimaan negara tapi juga mempersulit produk dalam negeri untuk bersaing.

"Sementara, produsen di Indonesia menghadapi ekonomi berbiaya tinggi. Biaya energi mahal, logistik mahal, tambah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Bagaimana mau kompetitif?" ujar Enny.

Berdasarkan data BPS, struktur impor Indonesia pada Januari 2018 didominasi golongan bahan baku atau penolong sebesar 74,58 persen. Kemudian diikuti barang modal sebesar 16,48 persen dan barang konsumsi sebesar 8,94 persen. Meski begitu, pertumbuhan impor barang konsumsi dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 32,98 persen dengan nilai 1,35 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement