Kamis 15 Feb 2018 16:03 WIB

Potensi PLTS di Bali Capai 100 MW

Potensi 100 MW ini bisa dipasang di barat dan timur Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hazliansyah
Petugas PLN memeriksa kualitas pasokan listrik ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) (ilustrasi)
Foto: Widodo S Jusuf/Antara
Petugas PLN memeriksa kualitas pasokan listrik ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bali mencapai 100 megawatt (MW) berdasarkan studi yang dilakukan PT PLN. Deputi Manager Alternatif Direktorat Pengadaan Strategis PLN, Dewanto, mengatakan, Bali saat ini sudah memiliki PLTS Karangasem dan PLTS Bangli yang masing-masingnya berkapasitas satu MW On-Grid.

"Potensi 100 MW ini bisa dipasang di barat dan timur Bali dengan kisaran masing-masingnya 25-50 MW," kata Dewanto kepada Republika.co.id, Kamis (15/2).

Dewanto mengatakan, ada lebih dari 232 investor asing dan dalam negeri yang menaruh minat tinggi pada proyek energi terbarukan di Indonesia. Pemerintah pusat pun terus mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan lahan untuk pengembangan energi baru dan terbarukan, khususnya tenaga surya.

"PLTS Bangli telah beroperasi, sementara PLTS Karangasem menyusul, menunggu pembentukan perusahaan daerah (Perusda) sebagai pengelola setelah diserahterimakan dari PLN ke pemerintah Kabupaten Karangasem," ujar Dewanto.

Meski pemerintah berkomitmen mengembangkan energi terbarukan, Dewanto mengatakan Bali sebagai daerah pariwisata dunia juga memerlukan sumber daya listrik yang efisien untuk mengantisipasi kekurangan daya beberapa tahun mendatang melalui proyek Jawa Bali Crossing (JBC).

Praktisi energi terbarukan dari Bali, I Gusti Ngurah Agung Putradhyana atau Gung Kayon mengatakan, Indonesia memiliki sumber energi mencapai seribu watt per jam. Alat-alat panel surya yang beredar di pasaran bisa mengubah energi tersebut menjadi tenaga listrik 15-200 watt per jam.

"Dengan sistem smart on grid (rooftop), daya dari panel surya bisa dengan mudah digabungkan ke jaringan PLN dan bisa mandiri sendiri dengan baterai," katanya.

Gung Kayon mengatakan pelanggan yang membayar listrik kurang dari Rp 100 ribu per bulan hanya membutuhkan luas atap satu meter per segi untuk tempat meletakkan panel surya.

Pelanggan yang membayar listrik Rp 100 ribu dan kurang dari satu juta rupiah per bulan cukup menyediakan atap 10 meter per segi, sementara pelanggan yang membayar di atas satu juta rupiah per bulan atau skala besar cukup menyediakan atap seluas 100 meter per segi.

Luas Bali mencapai 5.780 kilometer per segi. Gung Kayon mengansumsikan dengan satu persen saja wilayah Bali yang digunakan sebagai bidang solar panel atau berkisar 57,8 km per segi, maka potensi daya listrik yang dihasilkan mencapai 8.670 MW per jam. Ini kondisinya jika intensitas sinar matahari cerah di Bali berkisar empat hingga delapan jam per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement