REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia membalikkan kerugian awal menjadi berakhir menguat pada perdagangan Rabu (14/2) atau Kamis (15/2) pagi WIB. Kenaikan harga minyak ini karena data resmi menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah AS lebih kecil dari perkiraan.
Badan Informasi Energi AS (EIA) dalam laporan mingguannya pada Rabu (14/2) menyebutkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1,8 juta barel menjadi 422,1 juta minggu lalu, kenaikan mingguan ketiga berturut-turut setelah 11 minggu berturut-turut menurun. Sementara itu, para analis memperkirakan untuk kenaikan 2,8 juta barel.
"Namun demikian, persediaan bensin naik 3,6 juta barel, lebih besar dari yang diperkirakan," kata EIA.
Dolar AS yang lebih lemah juga membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar AS lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Indeks dolar AS turun untuk hari ketiga berturut-turut pada Rabu (14/2), karena para investor mencerna sejumlah data ekonomi.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,65 persen menjadi 89,124 pada pukul 15.00 waktu setempat (20.00 GMT).
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, meningkat 1,41 dolar AS menjadi menetap di 60,60 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, bertambah 1,64 dolar AS menjadi ditutup pada 64,36 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.