Selasa 13 Feb 2018 15:39 WIB

BTN Berencana Ajukan Utang Bilateral Hingga Rp 7 Triliun

Utang bilateral merupakan bagian dari rencana pendanaan nonkonvensional perseroan.

Red: Nur Aini
Nasabah melintas di kantor Bank BTN, Jakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Nasabah melintas di kantor Bank BTN, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk berencana mengajukan utang bilateral sebesar Rp 5 triliun - Rp 7 triliun tahun ini untuk mempertebal pendanaan dalam ekspansi bisnis.

Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan pinjaman bilateral itu merupakan bagian dari rencana pendanaan non-konvensional perseroan yang sebesar Rp 18 triliun tahun ini. Emiten bersandi BBTN itu butuh kapasitas pendanaan yang besar, mengingat target bisnis 2018 yang cukup agresif. Hal ini terlihat dari target pertumbuhan laba yang lebih dari 25 persen (tahun ke tahun/yoy) dan kredit yang 24 persen (yoy).

"Pinjaman bilateral sekitar Rp 5-7 triliun tahun ini, kita masih lihat untuk waktu dan apakah dari lokal atau luar," ujar dia di Jakarta, Selasa (13/2).

Selain pinjaman bilateral, BTN mengincar pendanaan non-konvensional untuk sekuritisasi aset sebesar Rp 2 triliun, obligasi subdebt Rp 2 trilun, dan sertifikat deposito (NCD) Rp 7-9 triliun.

Di luar dana nonkonvensional, BTN pada tahun ini mengincar pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 19-22 persen dari perolehan 2017 yang sebesar Rp 192,9 triliun.

Dari sisi permodalan, BTN berencana untuk menjaga posisi rasio kecukupan modal atau CAR di level 16-18 persen. Di 2017, BTN meraup laba bersih Rp 3,02 triliun atau naik 15,5 persen, dengan pertumbuhan penyaluran kredit naik 21 persen menjadi Rp 164,4 triliun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement