REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Astra International Tbk menyuntikkan dana segar ke Gojek. Dana sebesar 150 juta dolar AS atau sekitar Rp 2 triliun ini untuk perusahaan penyedia layanan on-demand berbasis aplikasi terbesar Indonesia itu.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong arus modal yang masuk ke peruhan e-commerce memang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Jumlahnya bahkan mencapai 1/6 hingga 1/5 dari total foreign direct investment (FDI) setiap tahunnya. Dengan pertumbuhan tersebut Thomas berharap tren pertumbuhan ini tidak melemah.
"Ini boleh dibilang arus modal ke e-commerce dan digital economy ini yang menyelamatkan pertumbuhan investasi internasional, domestik. Kalau itu dikeluarin, maka angka investasi kita akan stagnan," ujar Thomas di Istana Negara, Senin (2/12).
Menurutunya, banyak permasalahn yang menimpa perkembangan industri ini, salah satu yang menjadi persoalan adalah sistem IPO (Initial Public Offering) atau penawaran umum perdana. Selain itu ada juga persoalan dari sistem yang berbenturan dengan industri yang sudah berjalan.
Thomas mengatakan, dia sedang melakukan koordinasi dengan Menkominfo Rudiantara terkait dengan berbagai kebijakan yang sejauh ini menghantam industri e-commerce, dan economy digital. Meski demikian pemerintah akan tetap mendukung berbagai usaha mengembangkan perushaan digital yang mengikuti jaman.
Terpisah, Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan bahwa dana yang Astra International suntikan untuk investasi di Gojek berasal dari internal cash perusahaannya.
Dia mengatakan selanjutnya Astra International akan mengeksplorasi berbagai peluang kerja sama untuk meningkatkan produktivitas. "Ini untuk mendorong masyarakat masuk ke sektor ekonomi formal," jelas Prijono.
Dia mengharapkan investasi tersebut dimungkinkan akan mendorong era digitalisasi di Astra International. Prijono menilai investasi yang ia lakukan di Gojek bisa mempercepat perkembangan digitalisasi juga di Astra International.